Mohon tunggu...
Opick Ridlo
Opick Ridlo Mohon Tunggu... profesional -

Beri aku pedang, maka akan kumenangkan pertempuran.\r\nBeri aku pena, maka akan kutaklukkan dunia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Agama Bapakku

5 Juni 2013   22:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:28 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tindakanku menjadi gunjingan. Akhirnya, suatu hari tak kulihat satu pun anak yang datang mengaji di mushola. Penduduk tak ada yang berjamaah. Mushola kosong tak berpenghuni.

Aku sedih, penduduk kampungku telah murtad menjauhi agama. Jiwa mereka terkotori angkara murka dan nafsu dunia.

Kudatangi penduduk satu persatu. Tapi mereka langsung menjauh begitu melihatku. Berkali-kali itu terjadi. Aku dikucilkan. Disapa pun tidak. Entah apa yang membuat mereka berlaku seperti itu.

Bapakku pernah bilang, orang yang memperjuangkan kebenaran pasti diasingkan dan dikucilkan. Inilah aku yang diasingkan dan dikucilkan. Aku lantas teringat Nabi yang dilempari batu dan dicaci maki penduduk Thaif ketika menyampaikan dakwah.

“Ahh…Nabi adalah sebaik-baik teladan,” desahku lirih, prihatin.


* * *


Suatu malam, kulihat seseorang mengendap-endap. Wajahnya tertutup kain sarung layaknya ninja. Tangannya menggenggam golok yang berkilat-kilat memantulkan cahaya rembulan.

Perampok!

Akhir-akhir ini semakin banyak berita perampokan di koran dan televisi. Mereka membuat resah masyarakat. Darahku langsung mendidih marah. Kuambil belati, lalu bersembunyi.

Perampok itu bergerak mendekat. Langkahnya lirih mengendap-endap, nyaris tanpa suara. Embusan nafasnya tertangkap pelan oleh telingaku. Gerak tubuhnya tertangkap tanah di bawahnya, bayangan akibat sinar rembulan. Seluruh tubuhku bersiaga penuh menanti.

Saat berjarak satu meter di sampingku, tanganku langsung bergerak cepat. Kutikam punggungnya dengan belati. Dia tersungkur. Kuhujamkan belati yang berlumuran darah ke perutnya, berkali-kali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun