Benar saja, seketika itu angan (Layla) itu datang.
"Sudah terlalu banyak yang kau miliki, bahkan lebih banyak lagi yang ingin memiliki seutuhnya dirimu. Sebelum kamu menemukan penjagamu, kekhawatiran ini hanya akan terus membakar. Dan kamu tidak perlu mengetahui. Aku sendiri juga tidak peduli dengan yang membakarku karena yang terbakar tidak akan pernah padam hanya untuk menjadi abu." Tanpa basa-basi tapa mengatakan apa yang selalu ada di dalam benaknya. Setelah pertemuan-pertemuan yang tidak pernah disengaja. Karena janji kata hanya selalu menguap, entah kemana.
"Disaat kamu selalu datang mengajakku berbicara dalam kesunyian. Sementara aku tak punya kuasa untuk memanggilmu dalam keriuhan. Entah itu kamu ataupun sekedar aku yang mempertemukan. Sekali lagi aku sudah tak peduli."
(Angan Layla mendengarkan dengan raut wajah datar) Â
"Atau sudah banyak yang harus kamu jaga, sehingga kamu sendiri lupa?" Tama melanjutkan apa yang ia rasakan.
"Apakah kamu tahu mengapa kita berada di tempat seperti ini? Penuh dengan delusi ataupun ilusi? Berada di ruang yang tak akan bisa dimengerti oleh siapapun, kecuali hanya kita. Bagai angan di antara angan-angan kehangatan yang lain. Â Tidak hanya menjadi angan yang selalu kau nantikan, meski sesekali kau coba usir dan acuhkan kehadiranku. " Angan Layla menjawab.
"Hmmm, kita? Aku disini membawa ragaku, sementara kehadiranmu kau maknai sebagai apa? Disaat hanya yang nampak hanya aku dengan kegilaanku yang lain."
"Lantas mengapa engkau bertahan, Tam? Kalau kamu mengetahui ruang ini hanya menyulitkanmu."
"Benar, ini hanya akan menjadi sesuatu yang sulit bagi yang tidak benar-benar melihatnya (Layla). Ketika ia berusaha mencintai dirinya sendiri. Sekalipun angannya, selalu hadir menwarkan perhatian dan kehangatan kepadaku."
Malam pun berjalan dengan tidak sewajarnya. Perputaran detik demi detik itu seolah telah menipu dengan kewajaran percepatan tiap denting detiknya selarut ini. Ketika mereka sedang bersama, tidak berlaku segala waktu. Meski bagi Tama, semua itu hanyalah bagian dari kemesraan atas nama rindu. Dalam senyap.
***