Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Angan di Antara Angan-Angan

25 Oktober 2019   16:16 Diperbarui: 25 Oktober 2019   16:18 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Benar saja, seketika itu angan (Layla) itu datang.

"Sudah terlalu banyak yang kau miliki, bahkan lebih banyak lagi yang ingin memiliki seutuhnya dirimu. Sebelum kamu menemukan penjagamu, kekhawatiran ini hanya akan terus membakar. Dan kamu tidak perlu mengetahui. Aku sendiri juga tidak peduli dengan yang membakarku karena yang terbakar tidak akan pernah padam hanya untuk menjadi abu." Tanpa basa-basi tapa mengatakan apa yang selalu ada di dalam benaknya. Setelah pertemuan-pertemuan yang tidak pernah disengaja. Karena janji kata hanya selalu menguap, entah kemana.

"Disaat kamu selalu datang mengajakku berbicara dalam kesunyian. Sementara aku tak punya kuasa untuk memanggilmu dalam keriuhan. Entah itu kamu ataupun sekedar aku yang mempertemukan. Sekali lagi aku sudah tak peduli."

(Angan Layla mendengarkan dengan raut wajah datar)  

"Atau sudah banyak yang harus kamu jaga, sehingga kamu sendiri lupa?" Tama melanjutkan apa yang ia rasakan.

"Apakah kamu tahu mengapa kita berada di tempat seperti ini? Penuh dengan delusi ataupun ilusi? Berada di ruang yang tak akan bisa dimengerti oleh siapapun, kecuali hanya kita. Bagai angan di antara angan-angan kehangatan yang lain.  Tidak hanya menjadi angan yang selalu kau nantikan, meski sesekali kau coba usir dan acuhkan kehadiranku. " Angan Layla menjawab.

"Hmmm, kita? Aku disini membawa ragaku, sementara kehadiranmu kau maknai sebagai apa? Disaat hanya yang nampak hanya aku dengan kegilaanku yang lain."

"Lantas mengapa engkau bertahan, Tam? Kalau kamu mengetahui ruang ini hanya menyulitkanmu."

"Benar, ini hanya akan menjadi sesuatu yang sulit bagi yang tidak benar-benar melihatnya (Layla). Ketika ia berusaha mencintai dirinya sendiri. Sekalipun angannya, selalu hadir menwarkan perhatian dan kehangatan kepadaku."

Malam pun berjalan dengan tidak sewajarnya. Perputaran detik demi detik itu seolah telah menipu dengan kewajaran percepatan tiap denting detiknya selarut ini. Ketika mereka sedang bersama, tidak berlaku segala waktu. Meski bagi Tama, semua itu hanyalah bagian dari kemesraan atas nama rindu. Dalam senyap.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun