Mohon tunggu...
Tatiek R. Anwar
Tatiek R. Anwar Mohon Tunggu... Penulis - Perajut aksara

Penulis novel Bukan Pelaminan Rasa dan Sebiru Rindu serta belasan antologi, 2 antologi cernak, 3 antologi puisi. Menulis adalah salah satu cara efektif dalam mengajak pada kebaikan tanpa harus menggurui.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Di Batas Waktu

25 Mei 2024   05:30 Diperbarui: 17 Juni 2024   10:57 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Denny tak kalah kagetnya. Selama ini ia tak pernah sedikit pun menggunakan tangan untuk menyakiti putranya, tetapi, ego dan emosi telah menguasainya.

"Kamu enggak tahu berapa uang yang Papa keluarkan untuk mendapatkan minuman itu, kan?!" ucapnya meradang.

"Aku tau, Pa. Harga minuman itu setara dengan makan kita beberapa hari, kan?"

"Bahkan, yang Papa beli sama seperti biaya makan kita sebulan. Apa kamu bisa menggantinya?!" teriak Denny sambil melotot. "Dan kamu tidak meminta maaf."

"Aku tidak bersalah. Aku bersyukur Papa tidak bisa menikmati minuman laknat itu."

Kemarahan Denny memuncak. Ia mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi. Namun, tangannya terhenti di udara ketika dilihatnya Fathir memperpendek jarak dan membusungkan dada.

"Pukul, Pa. Pukul aku sampai puas." Mata cokelat pemuda itu berkaca-kaca menampakkan luka dan membuat Denny mengurungkan niatnya.

"Pergilah, sebelum Papa bertambah marah."

Fathir melangkah meninggalkan sang ayah dengan gontai. Namun, baru lima langkah, Fathir berhenti. "Mama meninggalkan Papa karena cinta," ucapnya tanpa menoleh sedikit pun.

Denny tak peduli. "Mana ada cinta kalau ia pergi untuk lelaki lain," gumamnya.

Setibanya di kamar, Denny menjatuhkan dirinya ke pembaringan. Matanya nanar menatap langit-langit kamar. Pikirannya mengembara pada peristiwa setahun yang lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun