Mohon tunggu...
Tatiek R. Anwar
Tatiek R. Anwar Mohon Tunggu... Penulis - Perajut aksara

Penulis novel Bukan Pelaminan Rasa dan Sebiru Rindu serta belasan antologi, 2 antologi cernak, 3 antologi puisi. Menulis adalah salah satu cara efektif dalam mengajak pada kebaikan tanpa harus menggurui.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Sang Altruis

15 Oktober 2022   10:00 Diperbarui: 19 Oktober 2022   21:45 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Baik," pemuda bermata cokelat itu menjawab pendek. "Maksud gue ...." Kalimat Maher belum tuntas, ia kikuk sendiri.

"Inara masih sibuk ngurusin lembaga sosial. Bahkan, ia membuat yayasan sendiri. Sebagai wanita, Inara sosok sempurna. Ia cantik, salihah, cerdas, dan memiliki jiwa sosial tinggi."

Selama beberapa detik, keheningan tercipta.

"Her, lo masih berharap sama Inara?"

"Eh, hmmm ... entahlah!"

Farzan mengenal Maher sejak sembilan tahun lalu ketika mereka duduk di kelas X. Lelaki tampan itu dibesarkan dalam kelimpahan materi, tetapi ia kehilangan figur orang tua. Pada awalnya mereka tidak akrab karena Maher dikenal sebagai siswa yang langganan dipanggil guru BK. Sedangkan Farzan adalah tipikal siswa yang taat dan cerdas.

Suatu hari Maher mengalami kecelakaan dalam balapan liar yang diikutinya. Ia terjatuh dengan keras ke sisi kanan hingga mengalami dislokasi bahu. 

Di minggu pertama perawatan, teman-teman satu gengnya banyak yang menjenguk dan menemani. Namun, di minggu-minggu berikutnya, teman- teman satu gengnya mulai meninggalkan Maher satu per satu.

Hal yang berbeda justru dilakukan Farzan. Begitu ia mendapat kabar Maher kecelakaan, ia menengoknya setiap pulang sekolah. Bahkan, Farzan selalu meminjamkan buku catatannya dan menerangkan pada Maher jika ada mata pelajaran yang tidak dipahaminya.

"Her," panggil Farzan setelah beberapa saat mereka terdiam. "Kalau lo serius, lamarlah Inara. Gue yakin, lo akan menjadi pribadi yang semakin baik kalau menikahi Inara."

Maher tertegun. Ia menatap mata Farzan lekat dan hanya menemukan kesungguhan di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun