"Oh, ya?" Naura menanggapinya dengan santai.Â
***
Sore ini Naura mengajar dengan penampilan yang berbeda, gamis dan kerudung menutupi rambut indahnya. Kakak-kakak mahasiswi senang melihat Naura telah menutup auratnya, bahkan mereka memuji gadis berhidung bangir itu yang semakin terlihat menawan dengan berhijab.Â
Lalu, bagaimana dengan Imad? Ia hanya memandang Vania sambil lalu dan berkata, "Selamat, ya. Semoga istiqomah."
Naura bertambah semangat setelah mendapat ucapan selamat dari Imad. Ia mulai mengamati, apa saja kebiasaan baik yang disukai Imad. Ia jadi semakin semangat belajar untuk memperbaiki bacaan Qur'an karena tahu Imad sangat fasih dalam melantunkan kalam-Nya.Â
Selain itu, Ia juga rajin mengikuti pengajian, karena ingin menambah pemahaman agamanya. Kagiatan-kegiatan baik itu terus dilakukan Naura sampai ia menjadi mahasiswa.
Dari taklim-taklim yang diikuti, gadis yang kini tidak pernah melepas hijabnya itu mengetahui bahwa Islam memberi batasan jelas hubungan antar lawan jenis. Naura memahami aturan-aturan dalam Islam bukan untuk membatasi gerak hamba-Nya, melainkan karena Islam sangat menghormati kaum wanita.Â
Kecintaan gadis berlesung pipi itu pada Islam, kini tumbuh subur karena ia mengetahui ketinggian Islam, bukan karena seorang Imad.
***
Tahun berganti, tak terasa Naura kini sudah semester tujuh. Ia mulai melakukan riset dan mengumpulkan bahan untuk skripsi. Targetnya.empat tahun kuliah, ia sudah mendapat gelar sarjana. Kesibukan gadis penyuka warna pastel itu di kegiatan sosial, tidak menghalangi tekadnya menyelesaikan kuliah tepat waktu.Â
Tadi pagi Naura mendapat kabar dari Vania, bahwa Bang Imad akan melangsungkan pernikahan pekan depan. Lelaki itu memang cinta pertamanya, tetapi cintanya kepada Allah lebih tinggi. Ia meyakini bahwa masing-masing sudah Allah tetapkan jodohnya, jadi mengapa ia risau pada perkara yang sudah Allah jamin?Â