Imad adalah mahasiswa semester enam yang rutin mengajar di sekolah terbuka ini. Pemuda yang memiliki hapalan 20 juz al-Qur'an itu mengajari anak-anak dua kali dalam sepekan. Ia memang menyukai kegiatan sosial terutama yang terkait dengan pendidikan anak jalanan. Kegiatan seperti ini sudah dilakukannya sejak ia kelas XI SMA.
Ini hari terakhir Naura menuntaskan tugas dari sekolahnya. Selanjutnya ia harus membuat laporan tentang apa saja yang sudah dilakukannya selama seminggu ini kemudian menuliskan pesan dan kesannya.Â
Baginya tugas ini membuat ia semakin bersyukur, dilahirkan dalam keluarga yang utuh dan sangat diperhatikan kebutuhan jasmani dan rohaninya. Satu hal yang membuatnya terkesan, yaitu sosok pemuda gagah yang luwes dalam mengajar dan terlihat akrab dengan anak-anak.
Naura sendiri heran, ia yang biasanya sangat tidak peduli dengan makhluk bergender cowok, kini memilki perhatian khusus pada pemuda yang baru dikenalnya.
"Ra .... " Vania sahabatnya, melambai-lambaikan tangan di depan wajahnya. "Melamun aja!" protesnya.
Naura tersipu diledek teman satu kelasnya itu. "Yuk, kita pulang!" ajaknya untuk menyembunyikan pipinya yang tiba-tiba merona.
***
Naura kini hampir tiap hari mengajar di sekolah terbuka. Terlebih ia sudah selesai melaksanakan ujian akhir di SMA-nya sehingga banyak waktu luang sebelum ia menjalani pendidikannya sebagai mahasiswa.Â
Hal ini tentu disambut kakak-kakak mahasiwa dengan antusias. Semakin banyak yang membantu, maka semakin ringan beban yang dipikul. Anak-anak jalanan itu semakin banyak yang memperhatikan sehingga mereka semakin semangat untuk belajar.
Namun, ada hal lain yang memotivasi Naura untuk mengajar di sekolah non formal itu, dan cuma Vania yang tahu. Berkali-kali sahabatnya yang telah berhijab lebih dahulu itu mengingatkan bahwa "innamal 'a'malu binniyat", segala sesuatu itu tergantung niatnya. Jangan sampai suatu perbuatan menjadi sia-sia karena bukan diniatkan karena Allah.
"Ra, Kak Imad itu sangat menjaga sekali pergaulannya dengan lawan jenis, apalagi kamu nggak berhijab," ingat Vania.