Itulah Uwais Al-Qarni yang ditestimoni oleh Rasulullah, "Sebaik-baik generasi tabi'in adalah seorang pria bernama Uwais. Ia memilik seorang ibu dan ia dulu menderita penyakit sopak. Pintalah padanya agar memohonkan ampun untuk kalian" (HR Muslim, 223).
Pemuda yang digadang-gadang Al-Faruq ini akhirnya muncul juga. Bertatap muka dengannya.
"Kau Uwais bin Amir?" "Betul." "Dari Murad keturunan Qarn?" "Betul." "Kau pernah terkena penyakit sopak lalu sembuh dan hanya tersisa sebesar dirham?" "Betul." "Kau masih punya ibu?" "Betul."
"Rasulullah pernah bersabda, 'Seorang pria bernama Uwais bin Amir dari Murad, keturunan Qarn, akan datang pada kalian bersama rombongan dari Yaman. Ia pernah terkena penyakit sopak lalu sembuh, kecuali seukuran dirham. Ia memiliki seorang ibu yang sangat ia sayangi. Andai ia bersumpah atas nama Allah, Dia pasti mengijabahinya. Jika kau berkesempatan memintanya memohonkan ampun bagimu, lakukanlah.' Maka, mohonkanlah ampun bagiku." Ia pun memohonkan ampun bagi Umar.
"Ke mana Kau hendak pergi?" "Ke Kufah." "Maukah kutuliskan surat untukmu sebagai pengantar ke gubernur di sana." "Saya lebih suka bersama masyarakat umum" (HR Muslim, 225).
Semoga Allah ampuni kita. Moga kita bisa meneladani Uwais dan dipertemukan dengannya di surga. Â Sosok yang didapuk sebagai pribadi terbaik setelah para sahabat, berpenampilan sederhana dan tidak menyukai popularitas. Tak dikenal di bumi, namun dekat dengan Penguasa langit dan bumi.
Sebuah profil lain tentang hakikat kemuliaan yang kadang terkabut oleh kesahajaan fisik. Abu Barzah Al-Aslami menuturkan bahwa di antara kebiasaan orang-orang Anshar, jika mereka memiliki kerabat wanita yang telah menjanda, mereka tidak akan menikahkannya sampai mendapatkan kepastian bahwa Nabi menginginkannya atau tidak. Suatu ketika, Rasulullah berkata kepada salah seorang pria Anshar yang memiliki anak perempuan,Â
"Nikahkanlah anak perempuanmu untukku."
"Kabar baik! Sebuah kemuliaan bagi kami, wahai Rasulullah, kami sambut dengan bahagia."
"Aku tidak menginginkannya buat diriku."
"Untuk siapakah, wahai Rasulullah?"