Naskah drama
Bab 1: Pengenalan
(Tokoh: Rudi, Dina, Budi, Rani, Pak Surya, Pak Harto)
Lokasi: Sekolah Menengah Atas Bina Muda, Cicalengka, tahun 2019.
Suasana: Hari pertama masuk sekolah setelah liburan panjang. Para siswa berkumpul di lapangan untuk upacara bendera. Pak Surya, kepala sekolah, memberikan sambutan.
Pak Surya: Selamat pagi, para siswa yang saya banggakan. Selamat datang kembali di sekolah ini, tempat kita belajar, berkarya, dan berprestasi. Saya harap kalian semua sudah siap untuk menghadapi semester baru ini dengan semangat dan motivasi yang tinggi.
Para siswa: (berseru) Siap, Pak!
Pak Surya: Baiklah, sebelum kita mulai upacara, saya ingin mengingatkan kalian tentang beberapa hal penting yang harus kalian patuhi sebagai warga sekolah yang baik dan berbakti. Pertama, kalian harus menghormati guru-guru dan staf sekolah yang telah bekerja keras untuk memberikan pendidikan terbaik untuk kalian. Kedua, kalian harus mengikuti semua aturan sekolah yang telah ditetapkan, seperti berpakaian rapi dan sopan, tidak merokok, tidak membawa barang-barang terlarang, dan tidak terlibat dalam kegiatan-kegiatan negatif yang dapat merusak nama baik sekolah. Ketiga, kalian harus belajar dengan rajin dan sungguh-sungguh, agar kalian dapat meraih nilai-nilai yang memuaskan dan lulus dengan predikat terbaik. Keempat, kalian harus berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah, seperti olahraga, seni, dan organisasi, agar kalian dapat mengembangkan bakat dan minat kalian, serta menjalin persahabatan dan kerjasama dengan sesama siswa. Kelima, kalian harus menghargai dan mencintai tanah air kita, Indonesia, yang telah memberikan kemerdekaan dan kemakmuran kepada kita semua. Kalian harus bersyukur dan bangga menjadi warga negara Indonesia, dan mendukung pemerintah yang dipimpin oleh Bapak Presiden Harto, yang telah memimpin negara ini dengan bijaksana dan adil selama lebih dari 30 tahun.
Para siswa: (berseru) Hidup Pak Harto! Hidup Indonesia!
Pak Surya: Nah, itulah lima hal yang harus kalian ingat dan lakukan sebagai siswa yang berprestasi dan berbakti. Saya yakin kalian semua dapat melakukannya dengan baik, dan menjadi generasi penerus bangsa yang cerdas, berkarakter, dan berjiwa patriotik. Sekian sambutan dari saya, terima kasih.
Para siswa: (bertepuk tangan) Terima kasih, Pak!
Pak Surya: Sekarang, mari kita mulai upacara bendera. Hormat, grak!
Para siswa: (berdiri tegak dan menghormat bendera)
(Di antara para siswa, ada empat orang yang tampak bosan dan tidak antusias dengan sambutan Pak Surya. Mereka adalah Rudi, Dina, Budi, dan Rani, yang merupakan anggota dari sebuah band punk bernama The Rebels. Mereka sering bermain musik di sebuah gudang tua di pinggiran kota, dan menyanyikan lagu-lagu yang mengkritik pemerintah dan masyarakat yang korup dan otoriter. Mereka juga suka membuat grafiti dan poster yang mengekspresikan pandangan dan aspirasi mereka. Mereka adalah anak-anak yang berani, kreatif, dan idealis, tetapi juga sering bermasalah dengan sekolah dan orang tua mereka.)
Rudi: (berbisik) Ini sambutan apa sih? Kok kayak pidato kampanye?
Dina: (berbisik) Iya, bosen banget dengernya. Pak Surya itu cuma jadi juru bicara pemerintah. Dia gak peduli sama kita.
Budi: (berbisik) Gak cuma dia, semua orang di sini gak peduli sama kita. Mereka cuma mau jadi anak baik-baik yang nurut sama aturan. Padahal aturan-aturan itu gak adil dan gak masuk akal.
Rani: (berbisik) Betul. Kita gak boleh berpikir sendiri, gak boleh berekspresi, gak boleh protes. Kita cuma boleh diam dan mengikuti apa yang dikatakan pemerintah. Padahal pemerintah itu korup dan zalim. Mereka cuma mau memperkaya diri sendiri, dan menindas rakyat.
Rudi: (berbisik) Makanya, kita harus berani melawan. Kita harus menunjukkan bahwa kita punya suara, dan kita gak takut sama mereka. Kita harus bikin revolusi!
Dina: (berbisik) Revolusi punk!
Budi: (berbisik) Revolusi punk!
Rani: (berbisik) Revolusi punk!
Rudi: (berbisik) Ayo, kita siapkan rencana kita. Kita akan bikin aksi yang gede dan spektakuler. Kita akan bikin mereka semua terkejut dan takut. Kita akan bikin sejarah!
Dina: (berbisik) Ayo!
Budi: (berbisik) Ayo!
Rani: (berbisik) Ayo!
(Mereka saling berpandangan dengan semangat dan senyum licik. Mereka lalu mengeluarkan sebuah kertas yang berisi rencana aksi mereka, dan mulai membahasnya secara diam-diam.)
Bab 2: Konflik
(Tokoh: Rudi, Dina, Budi, Rani, Pak Surya, Pak Harto, Polisi, Tentara, Wartawan, Rakyat)
Lokasi: Istana Negara, Jakarta, tanggal 17 Agustus 2024.
Suasana: Hari kemerdekaan Indonesia. Pak Harto, presiden Indonesia, akan memberikan pidato kenegaraan di depan istana, yang disiarkan secara langsung oleh televisi. Ribuan orang berkumpul di depan istana untuk menyaksikan pidato tersebut, termasuk polisi dan tentara yang menjaga keamanan. Di antara kerumunan itu, ada Rudi, Dina, Budi, dan Rani, yang menyamar sebagai wartawan. Mereka membawa kamera, mikrofon, dan tas ransel yang berisi alat-alat untuk aksi mereka.
Pak Harto: (berdiri di balkon istana, diiringi lagu kebangsaan) Saudara-saudari sekalian, rakyat Indonesia yang saya cintai. Hari ini, kita merayakan hari kemerdekaan Indonesia yang ke-79. Hari ini, kita bersyukur atas nikmat dan karunia yang telah Allah berikan kepada kita. Hari ini, kita bangga menjadi bangsa Indonesia, yang besar, kuat, dan makmur.
Para rakyat: (bersorak) Merdeka! Merdeka! Merdeka!
Pak Harto: Saudara-saudari sekalian, kemerdekaan yang kita nikmati ini tidak datang begitu saja. Kemerdekaan ini adalah hasil dari perjuangan dan pengorbanan para pahlawan dan pejuang kita, yang telah gugur demi mempertahankan tanah air kita dari penjajah. Kemerdekaan ini juga adalah hasil dari kerja keras dan kedisiplinan kita semua, yang telah membangun dan memajukan negara kita dengan semangat gotong royong dan Pancasila. Kemerdekaan ini juga adalah hasil dari kepemimpinan dan kebijaksanaan saya, yang telah memimpin negara ini dengan tegas dan adil, serta melindungi negara ini dari ancaman dan gangguan dari dalam dan luar negeri.
Bab 3: Finishing
(Tokoh: Rudi, Dina, Budi, Rani, Pak Harto, Polisi, Tentara, Wartawan, Rakyat)
Lokasi: Istana Negara, Jakarta, tanggal 17 Agustus 2024.
Suasana: Pak Harto masih berpidato di balkon istana, sementara Rudi, Dina, Budi, dan Rani sudah siap untuk melakukan aksi mereka.
Pak Harto: ... adalah anugerah yang harus kita jaga dan pertahankan dengan segala cara. Kita tidak boleh biarkan ada pihak-pihak yang ingin menghancurkan kemerdekaan kita, yang ingin menggoyahkan stabilitas dan keamanan kita, yang ingin menyebar fitnah dan provokasi kepada kita. Kita harus bersatu dan solid, dan menolak segala bentuk gangguan dan ancaman, baik dari dalam maupun dari luar negeri. Kita harus tetap setia dan taat kepada pemerintah yang sah, yang telah dipilih oleh rakyat, dan yang telah membawa kemakmuran dan kesejahteraan kepada rakyat. Kita harus ...
Rudi: (memotong pidato Pak Harto dengan keras) Cukup! Cukup! Cukup!
(Rudi melemparkan tas ranselnya ke udara, yang ternyata berisi sebuah bom asap. Bom asap meledak dan mengeluarkan asap berwarna merah putih, yang menutupi pandangan Pak Harto dan para penjaga istana. Rudi lalu mengambil mikrofon yang terhubung dengan pengeras suara, dan mulai berteriak.)
Rudi: Saudara-saudari sekalian, rakyat Indonesia yang saya hormati. Jangan percaya dengan omong kosong Pak Harto. Dia itu pembohong, penipu, dan diktator. Dia itu korup, zalim, dan kejam. Dia itu musuh rakyat, musuh kemerdekaan, musuh demokrasi. Dia itu harus digulingkan, harus diadili, harus dihukum!
Para rakyat: (terkejut dan bingung) Hah? Apa? Siapa itu?
Pak Harto: (marah dan ketakutan) Siapa kamu? Apa yang kamu lakukan? Jaga-jaga! Tangkap dia!
(Polisi dan tentara berusaha menembus asap untuk menangkap Rudi, tetapi terlambat. Rudi sudah melompat dari balkon istana, dan bergabung dengan Dina, Budi, dan Rani, yang sudah menunggunya di bawah. Mereka berempat lari menuju gerbang istana, sambil membawa spanduk bertuliskan "Revolusi Punk" dan "Harto Mundur".)
Dina: (berteriak) Ayo, teman-teman! Ini saatnya kita beraksi! Ini saatnya kita melawan!
Budi: (berteriak) Ayo, teman-teman! Ini saatnya kita bersuara! Ini saatnya kita protes!
Rani: (berteriak) Ayo, teman-teman! Ini saatnya kita berekspresi! Ini saatnya kita berkarya!
Rudi: (berteriak) Ayo, teman-teman! Ini saatnya kita bikin revolusi! Ini saatnya kita bikin sejarah!
(Mereka berempat terus berlari menuju gerbang istana, sambil dikejar oleh polisi dan tentara. Di tengah jalan, mereka bertemu dengan beberapa anggota band punk lainnya, yang juga membawa alat-alat musik dan seni. Mereka lalu berhenti di depan gerbang istana, dan mulai bermain musik dan seni, sambil menyanyikan lagu-lagu yang mengkritik Pak Harto dan pemerintah. Aksi mereka menarik perhatian para rakyat yang ada di sekitar, yang mulai berdatangan untuk menyaksikan dan mendengarkan. Beberapa di antara mereka bahkan ikut menyanyi dan menari, sambil mengangkat tangan dan spanduk yang menuntut perubahan. Aksi mereka juga menarik perhatian para wartawan, yang mulai merekam dan meliput aksi mereka. Aksi mereka juga menarik perhatian Pak Harto, yang masih berada di balkon istana, yang mulai panik dan marah melihat aksi mereka.)
Pak Harto: (berteriak) Apa ini? Apa ini? Siapa mereka? Apa yang mereka mau? Jaga-jaga! Hentikan mereka! Hentikan mereka!
(Polisi dan tentara berusaha menghentikan aksi Rudi dan kawan-kawan, tetapi terhalang oleh para rakyat yang sudah berkerumun di depan gerbang istana. Mereka tidak bisa mendekati atau menembak Rudi dan kawan-kawan, tanpa membahayakan atau melukai para rakyat. Mereka juga tidak bisa mematikan pengeras suara, karena kabelnya sudah dipotong oleh Rudi dan kawan-kawan. Mereka hanya bisa berdiri dan melihat dengan tak berdaya, sambil menunggu perintah dari atas.)
Rudi: (berteriak) Saudara-saudari sekalian, rakyat Indonesia yang saya cintai. Kita semua tahu bahwa Pak Harto dan pemerintahnya adalah tiran yang telah menindas dan mengeksploitasi kita selama ini. Kita semua tahu bahwa Pak Harto dan pemerintahnya adalah korup yang telah mencuri dan menghambur-hamburkan uang rakyat untuk kepentingan mereka sendiri. Kita semua tahu bahwa Pak Harto dan pemerintahnya adalah pengecut yang telah membungkam dan membunuh siapa saja yang berani menentang dan mengkritik mereka. Kita semua tahu bahwa Pak Harto dan pemerintahnya adalah pengkhianat yang telah menjual dan mengorbankan kedaulatan dan kemerdekaan kita demi kepentingan asing. Kita semua tahu bahwa Pak Harto dan pemerintahnya adalah musuh kita, musuh kita semua!
Para rakyat: (berseru) Ya! Ya! Ya!
Rudi: (berteriak) Saudara-saudari sekalian, rakyat Indonesia yang saya hormati. Kita semua punya hak untuk hidup dengan bebas dan sejahtera. Kita semua punya hak untuk berpikir dan berpendapat dengan jujur dan cerdas. Kita semua punya hak untuk berekspresi dan berkarya dengan kreatif dan indah. Kita semua punya hak untuk protes dan melawan dengan berani dan bersatu. Kita semua punya hak untuk menuntut dan mengubah dengan adil dan demokratis. Kita semua punya hak untuk bikin revolusi, revolusi punk!
Para rakyat: (berseru) Ya! Ya! Ya!
Rudi: (berteriak) Saudara-saudari sekalian, rakyat Indonesia yang saya cintai. Hari ini, kita telah membuat sejarah. Hari ini, kita telah menunjukkan kepada Pak Harto dan pemerintahnya, bahwa kita tidak takut dan tidak diam. Hari ini, kita telah menunjukkan kepada dunia, bahwa kita ada dan kita punya suara. Hari ini, kita telah menunjukkan kepada diri kita sendiri, bahwa kita bisa dan kita harus. Hari ini, kita telah memulai revolusi, revolusi punk!
Para rakyat: (berseru) Ya! Ya! Ya!
Rudi: (berteriak) Sekarang, mari kita lanjutkan revolusi kita. Mari kita sebarkan revolusi kita ke seluruh penjuru negeri. Mari kita ajak seluruh rakyat Indonesia untuk bergabung dengan revolusi kita. Mari kita gulingkan Pak Harto dan pemerintahnya dari kursi kekuasaan. Mari kita bangun Indonesia yang baru, yang lebih baik, yang lebih bebas, yang lebih adil, yang lebih demokratis, yang lebih punk!
Para rakyat: (berseru) Ya! Ya! Ya!
Rudi: (berteriak) Ayo, teman-teman! Ayo, saudara-saudari! Ayo, rakyat Indonesia! Ayo, bikin revolusi! Ayo, bikin sejarah! Ayo, bikin punk!
Para rakyat: (berseru) Ayo! Ayo! Ayo!
(Mereka semua lalu menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya)
Bab 4: Perubahan
(Tokoh: Rudi, Dina, Budi, Rani, Pak Harto, Polisi, Tentara, Wartawan, Rakyat, Aktivis, Politisi, Mahasiswa, Pekerja, Petani, Nelayan, Seniman, Guru, Dokter, Pengacara, Hakim, dll.)
Lokasi: Berbagai tempat di Indonesia, beberapa hari setelah aksi The Rebels di depan istana.
Suasana: Aksi The Rebels telah menjadi viral dan mendapat dukungan dari berbagai kalangan. Banyak orang yang terinspirasi dan bergabung dengan gerakan revolusi punk, yang menuntut pengunduran diri Pak Harto dan pemerintahnya, serta reformasi politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Aksi-aksi protes dan demonstrasi terjadi di berbagai kota dan daerah, yang dihadapi dengan kekerasan dan penangkapan oleh aparat keamanan. Namun, semakin banyak pula orang yang berani melawan dan menolong sesama. Media massa dan sosial media juga mulai memberitakan dan mendukung revolusi punk, meskipun mendapat tekanan dan sensor dari pemerintah. Pak Harto dan pemerintahnya semakin terpojok dan ketakutan, dan mencoba mengadakan dialog dan negosiasi dengan para pemimpin revolusi punk, termasuk Rudi dan kawan-kawan. Namun, dialog dan negosiasi itu gagal, karena tuntutan revolusi punk tidak dipenuhi oleh Pak Harto dan pemerintahnya. Akhirnya, revolusi punk memasuki tahap klimaks, yaitu aksi akbar yang melibatkan jutaan orang dari seluruh Indonesia, yang bergerak menuju istana untuk menggulingkan Pak Harto dan pemerintahnya secara paksa.
Rudi: (berbicara di depan mikrofon, di sebuah panggung besar yang berada di tengah lapangan Monas, yang dipenuhi oleh massa revolusi punk) Saudara-saudari sekalian, rakyat Indonesia yang saya cintai. Hari ini, kita telah sampai di titik balik sejarah. Hari ini, kita telah sampai di puncak perjuangan kita. Hari ini, kita akan menyelesaikan revolusi kita, revolusi punk!
Para rakyat: (bersorak) Ya! Ya! Ya!
Rudi: Saudara-saudari sekalian, rakyat Indonesia yang saya hormati. Sudah beberapa hari kita melakukan aksi-aksi protes dan demonstrasi di berbagai tempat, untuk menuntut pengunduran diri Pak Harto dan pemerintahnya, serta reformasi politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Sudah banyak korban yang jatuh, baik dari pihak kita maupun dari pihak mereka. Sudah banyak darah yang mengalir, baik dari pihak kita maupun dari pihak mereka. Sudah banyak air mata yang menetes, baik dari pihak kita maupun dari pihak mereka. Sudah banyak api yang berkobar, baik dari pihak kita maupun dari pihak mereka.
Para rakyat: (berseru) Ya! Ya! Ya!
Rudi: Saudara-saudari sekalian, rakyat Indonesia yang saya cintai. Kita telah berkorban dan berjuang dengan segenap jiwa dan raga, untuk mencapai cita-cita kita, untuk mewujudkan mimpi kita, untuk merebut hak kita. Kita telah bersatu dan solid, tanpa membedakan suku, agama, ras, atau golongan, untuk membela kebenaran dan keadilan, untuk menghormati martabat dan kemanusiaan, untuk menghargai kebebasan dan demokrasi. Kita telah berani dan bersinar, dengan menggunakan senjata-senjata kita, yaitu musik, seni, dan protes, untuk menyuarakan aspirasi dan kritik kita, untuk mengekspresikan emosi dan ide kita, untuk melawan tirani dan korupsi.
Para rakyat: (berseru) Ya! Ya! Ya!
Rudi: Saudara-saudari sekalian, rakyat Indonesia yang saya cintai. Kita telah membuat Pak Harto dan pemerintahnya ketakutan dan panik, karena mereka tahu bahwa mereka tidak bisa lagi mempertahankan kekuasaan dan kekayaan mereka, karena mereka tahu bahwa mereka tidak bisa lagi menipu dan menindas kita, karena mereka tahu bahwa mereka tidak bisa lagi menghentikan dan mengalahkan kita. Kita telah membuat mereka mencoba mengadakan dialog dan negosiasi dengan kita, untuk mencari jalan keluar dan penyelesaian. Namun, kita telah menolak dialog dan negosiasi itu, karena kita tahu bahwa mereka tidak tulus dan jujur, karena kita tahu bahwa mereka tidak mau dan bisa mengubah diri dan sistem mereka, karena kita tahu bahwa mereka tidak layak dan pantas untuk memimpin dan melayani kita.
Para rakyat: (berseru) Ya! Ya! Ya!
Rudi: Saudara-saudari sekalian, rakyat Indonesia yang saya cintai. Sekarang, kita hanya punya satu pilihan, satu langkah, satu tujuan, yaitu menggulingkan Pak Harto dan pemerintahnya dari kursi kekuasaan, dan membentuk pemerintahan baru yang sesuai dengan kehendak dan kepentingan kita. Sekarang, kita hanya punya satu cara, satu strategi, satu aksi, yaitu bergerak bersama-sama menuju istana, dan mengambil alih istana secara paksa, dengan kekuatan dan kewibawaan kita. Sekarang, kita hanya punya satu kesempatan, satu momen, satu waktu, yaitu hari ini, hari kemerdekaan Indonesia, hari revolusi punk!
Para rakyat: (berseru) Ya! Ya! Ya!
Rudi: Saudara-saudari sekalian, rakyat Indonesia yang saya cintai. Ayo, kita bersiap-siap untuk berangkat. Ayo, kita bersiap-siap untuk bertempur. Ayo, kita bersiap-siap untuk menang. Ayo, kita bikin revolusi! Ayo, kita bikin sejarah! Ayo, kita bikin punk!
Para rakyat: (berseru) Ayo! Ayo! Ayo!
(Mereka semua lalu bergerak menuju istana, dengan membawa spanduk, poster, bendera, alat musik, alat seni, dan alat lainnya yang mereka gunakan untuk aksi mereka. Mereka juga menyanyikan lagu-lagu revolusi punk, yang menggugah dan membangkitkan semangat mereka. Di jalan, mereka bertemu dengan banyak orang lain yang juga bergabung dengan revolusi punk, dari berbagai latar belakang dan profesi, seperti aktivis, politisi, mahasiswa, pekerja, petani, nelayan, seniman, guru, dokter, pengacara, hakim, dan lain-lain. Mereka semua bersatu dan solid, dan berjalan bersama-sama menuju istana, dengan penuh keyakinan dan optimisme.)
Rudi: (berteriak) Revolusi punk!
Para rakyat: (berseru) Revolusi punk!
Dina: (berteriak) Harto mundur!
Para rakyat: (berseru) Harto mundur!
Budi: (berteriak) Reformasi total!
Para rakyat: (berseru) Reformasi total!
Rani: (berteriak) Indonesia baru!
Para rakyat: (berseru) Indonesia baru!
(Mereka semua terus berjalan menuju istana, sambil berteriak-teriak dan menyanyi-nyanyi. Di depan istana, mereka disambut oleh barisan polisi dan tentara, yang bersiap-siap untuk menghadapi mereka. Di balkon istana, Pak Harto masih berdiri, dengan wajah pucat dan ketakutan, sambil dikelilingi oleh para pejabat dan penasehatnya, yang juga tampak bingung dan cemas. Suasana tegang dan panas, dan siap meledak kapan saja.)
Tamat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H