(Polisi dan tentara berusaha menembus asap untuk menangkap Rudi, tetapi terlambat. Rudi sudah melompat dari balkon istana, dan bergabung dengan Dina, Budi, dan Rani, yang sudah menunggunya di bawah. Mereka berempat lari menuju gerbang istana, sambil membawa spanduk bertuliskan "Revolusi Punk" dan "Harto Mundur".)
Dina: (berteriak) Ayo, teman-teman! Ini saatnya kita beraksi! Ini saatnya kita melawan!
Budi: (berteriak) Ayo, teman-teman! Ini saatnya kita bersuara! Ini saatnya kita protes!
Rani: (berteriak) Ayo, teman-teman! Ini saatnya kita berekspresi! Ini saatnya kita berkarya!
Rudi: (berteriak) Ayo, teman-teman! Ini saatnya kita bikin revolusi! Ini saatnya kita bikin sejarah!
(Mereka berempat terus berlari menuju gerbang istana, sambil dikejar oleh polisi dan tentara. Di tengah jalan, mereka bertemu dengan beberapa anggota band punk lainnya, yang juga membawa alat-alat musik dan seni. Mereka lalu berhenti di depan gerbang istana, dan mulai bermain musik dan seni, sambil menyanyikan lagu-lagu yang mengkritik Pak Harto dan pemerintah. Aksi mereka menarik perhatian para rakyat yang ada di sekitar, yang mulai berdatangan untuk menyaksikan dan mendengarkan. Beberapa di antara mereka bahkan ikut menyanyi dan menari, sambil mengangkat tangan dan spanduk yang menuntut perubahan. Aksi mereka juga menarik perhatian para wartawan, yang mulai merekam dan meliput aksi mereka. Aksi mereka juga menarik perhatian Pak Harto, yang masih berada di balkon istana, yang mulai panik dan marah melihat aksi mereka.)
Pak Harto: (berteriak) Apa ini? Apa ini? Siapa mereka? Apa yang mereka mau? Jaga-jaga! Hentikan mereka! Hentikan mereka!
(Polisi dan tentara berusaha menghentikan aksi Rudi dan kawan-kawan, tetapi terhalang oleh para rakyat yang sudah berkerumun di depan gerbang istana. Mereka tidak bisa mendekati atau menembak Rudi dan kawan-kawan, tanpa membahayakan atau melukai para rakyat. Mereka juga tidak bisa mematikan pengeras suara, karena kabelnya sudah dipotong oleh Rudi dan kawan-kawan. Mereka hanya bisa berdiri dan melihat dengan tak berdaya, sambil menunggu perintah dari atas.)
Rudi: (berteriak) Saudara-saudari sekalian, rakyat Indonesia yang saya cintai. Kita semua tahu bahwa Pak Harto dan pemerintahnya adalah tiran yang telah menindas dan mengeksploitasi kita selama ini. Kita semua tahu bahwa Pak Harto dan pemerintahnya adalah korup yang telah mencuri dan menghambur-hamburkan uang rakyat untuk kepentingan mereka sendiri. Kita semua tahu bahwa Pak Harto dan pemerintahnya adalah pengecut yang telah membungkam dan membunuh siapa saja yang berani menentang dan mengkritik mereka. Kita semua tahu bahwa Pak Harto dan pemerintahnya adalah pengkhianat yang telah menjual dan mengorbankan kedaulatan dan kemerdekaan kita demi kepentingan asing. Kita semua tahu bahwa Pak Harto dan pemerintahnya adalah musuh kita, musuh kita semua!
Para rakyat: (berseru) Ya! Ya! Ya!
Rudi: (berteriak) Saudara-saudari sekalian, rakyat Indonesia yang saya hormati. Kita semua punya hak untuk hidup dengan bebas dan sejahtera. Kita semua punya hak untuk berpikir dan berpendapat dengan jujur dan cerdas. Kita semua punya hak untuk berekspresi dan berkarya dengan kreatif dan indah. Kita semua punya hak untuk protes dan melawan dengan berani dan bersatu. Kita semua punya hak untuk menuntut dan mengubah dengan adil dan demokratis. Kita semua punya hak untuk bikin revolusi, revolusi punk!