Tugas Berbicara Otentik
Â
Tugas berbicara otentik dimaksudkan sebagai tes berbicara yang memenuhi kriteria asessmen otentik. Hal ini perlu dikemukakan kembali karena pada kenyataan praktik pemberian tugas berbicara di sekolah belum tentu berkadar otentik. Misalnya, pembelajaran pelafalan (pronunciation) dalam bahasa target yang melatih ketepatan pelafalan peserta didik, pengucapan kata, tekanan kata, pola dan tekanan kalimat, dan lain-lain. Kegiatan tersebut penting dalam penguasaan bahasa target, dan bahkan menjadi prasyarat kompetensi berbahasa lisan, namun berkadar otentik. Tugas-tugas semacam itu dalam sudut pandang pendekatan komunikatif dikenal sebagai tugas prakomunikatif.
Â
Dalam tugas berbicara otentik terdapat dua hal pokok yang tidak boleh dihilangkan, yaitu benar-benar tampil berbicara (kinerja bahasa) dan isi pembicaraan mencerminkan kebutuhan realitas kehidupan (bermakna).[4][4] Jadi, dalam assesmen otentik peserta didik tidak sekedar ditugasi untuk berbicara, berbicara dalam arti sekedar praktik memergunakan bahasa secara lisan, melainkan juga menyangkut isi pesan yag dijadikan bahan pembicaraan. Dalam kebutuhan sehari-hari, misalnya di kantor atau di dunia pekerjaan, orang terlibat pembicaraan pasti karena ada sesuatu yang perlu dibicarakan dan bukan berbicara sekedar praktik berbahasa. Hal inilah yang kemudian diangkat dalam asesmen otentik kompetensi berbahasa lisan: berbicara dalam konteks yang jelas. Konteks menuju pada berbagai faktor penentu: siapa yang berbicara, situasi pembicaraan, isi dan tujuan pembicaraan, dan lain-lain.
Â
Tugas berbicara sebagai bentuk asesmen otentik harus berupa tugas-tugas yang ditemukan dan dibutuhkan dalam kehidupan nyata. Jadi, tugas berbicara otentik mengambil model aktivitas bentuk-bentuk berbicara sehari-hari sehingga kompetensi yang dikuasai peserta didik bersifat aplikatif. Orang berbicara karena ingin menyampaikan sesuatu lewat bahasa, maka penggunaan bahasa yang benar adalah yang sesuai dengan konteks penggunaan. Jadi, pada intinya ketepatan bahasa dalam berbahasa lisan dilihat dari ketepatan bahasa yang dipakai dan kejelasan komunikasi yang dituturkan dalam konteks pembicaraan yang jelas. Untuk itu, tugas-tugas berbicara yang dipilih untuk mengukur kompetensi berbahasa lisan peserta didik haruslah yang memungkinkan peserta didik mengungkapkan keduanya: berunjuk kerja bahasa untuk menyampaikan informasi.
Â
Â
Â
Â