Variabel Independen (Variabel Bebas) sering disebut sebagi variabel stimulus, predictor, antecendent. Dalam Bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Prasetia, 2022).
Variabel independen adalah variabel yang memiliki pengaruh terhadap variabel dependen atau terikat. Sugiyono (2019) menjelaskan bahwa variabel independen adalah variabel yang memengaruhi atau menjadi penyebab perubahan atau munculnya variabel dependen (terikat). Dalam konteks penelitian ini, variabel independen adalah Keputusan Pembelian.
2.1.2.1 Pengertian Pemasaran
Pemasaran adalah proses manajemen yang bertujuan memenuhi kebutuhan dan keinginan individu atau kelompok dengan menciptakan, menawarkan, dan melakukan pertukaran produk bernilai kepada pihak lain. Hal ini mencakup segala kegiatan yang terkait dengan penyampaian produk atau jasa mulai dari produsen hingga konsumen (Mubasit, 2012).
Menurut Kotler dan Keller (2016:27) dalam Pratama (2022) mendefinisikan bahwa pemasaran adalah “marketing is meeting needs profitability”, Dalam esensinya, pemasaran bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen secara saling menguntungkan bagi semua pihak terlibat. Menurut Kotler dan Amstrong (2012:29), pemasaran adalah proses di mana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan pelanggan yang kuat untuk mendapatkan nilai dari pelanggan sebagai balasannya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pemasaran merupakan suatu proses interaksi antara konsumen dan produsen untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan mereka melalui penciptaan penawaran dan pertukaran barang atau jasa yang menjadi tujuan mereka.
2.1.2.2 Pengertian Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran adalah upaya untuk merencanakan, melaksanakan (meliputi organisasi, pengarahan, koordinasi), serta mengawasi atau mengontrol kegiatan pemasaran dalam suatu organisasi guna mencapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif. Dalam fungsi manajemen pemasaran, terdapat kegiatan analisis yang dilakukan untuk memahami pasar dan lingkungan pemasarannya, sehingga dapat menilai peluang pasar yang tersedia dan ancaman yang perlu diatasi (Mubasit, 2012).
Menurut American Marketing Society dalam buku (Kotler & Keller, 2016) Menyatakan bahwa “Marketing management as the art and science of choosing target markets and getting, keeping, and growing customers through creating delivering, and communicating superior customer value”. Definisi tersebut menggambarkan Manajemen Pemasaran sebagai kombinasi seni dan ilmu yang digunakan untuk mengidentifikasi target pasar, memperoleh, mempertahankan, dan meningkatkan jumlah pelanggan dengan menyampaikan serta mengkomunikasikan nilai pelanggan yang superior.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa manajemen pemasaran merupakan proses untuk memastikan bahwa produk atau jasa yang disediakan oleh perusahaan dikenal oleh target konsumennya.
2.1.2.3 Pengertian Citra Merek
Pentingnya citra merek bagi setiap perusahaan diakui karena dapat membantu perusahaan dalam menempatkan diri mereka di pasar dan mempertahankan basis konsumennya. Citra merek yang positif juga dapat meningkatkan volume penjualan, karena konsumen cenderung menganggap produk dengan citra merek yang baik sebagai produk yang berkualitas (Fairuz & Nurjanah, 2022).
Citra merek, seperti yang dirasakan atau diyakini oleh konsumen, tercermin dalam asosiasi yang terbentuk di dalam ingatan mereka. Merek yang sukses dan dikenal dengan baik memungkinkan konsumen untuk mengidentifikasi bahwa produk tersebut dapat memenuhi kepuasan mereka, kemudian membandingkannya dengan alternatif yang ada dan membedakannya, sehingga meningkatkan kemungkinan konsumen untuk melakukan pembelian. Keberhasilan sebuah perusahaan dalam mem-branding sebuah produk dapat dilihat dari bagaimana perusahaan tersebut menanamkan persepsi positif kepada konsumen mengenai merek tersebut. Alhasil, konsumen sebuah perusahaan tidak lagi bingung ketika akan membeli produk atau jasa. Citra merek berfungsi untuk memposisikan perusahaan, produk, pasar, dan hubungannya dengan konsumen. Sebagian besar konsumen secara konsisten beranggapan bahwa ketika sebuah perusahaan memiliki citra merek yang baik, maka produk tersebut dianggap berkualitas tinggi di mata mereka, demikian pula sebaliknya ketika sebuah perusahaan memiliki citra merek yang buruk, maka produk tersebut dianggap tidak memiliki nilai di mata konsumen (Sari & Wahjoedi, 2022).