Berikut adalah beberapa poin penting yang menjelaskan pikiran Immanuel Kant:
A. Pengetahuan Terbentuk oleh Subjek: semua pengalaman kita tentang dunia diproses melalui struktur pikiran kita sendiri. Ini berarti bahwa dunia sebagaimana yang kita alami tidak benar-benar "apa adanya", melainkan apa yang telah dibentuk oleh kategori-kategori kognitif kita. Kant menyebut ini sebagai "revolusi Copernican" dalam filsafat, di mana subjek (manusia) aktif berperan dalam membentuk pengetahuan.
B. A Priori: Pikiran kita memiliki konsep-konsep bawaan yang Kant sebut sebagai kategori-kategori a priori (sebelum pengalaman), seperti ruang, waktu, sebab-akibat, dan lain-lain. Kategori ini tidak berasal dari pengalaman, melainkan sudah ada sebelum kita mengalami sesuatu, dan mereka membentuk bagaimana kita mengorganisir pengalaman kita. Dengan kata lain, semua yang kita ketahui dan alami tentang dunia selalu diwarnai oleh subjektivitas kita.
C. Fenomena dan Noumena: Kant membedakan antara fenomena (apa yang tampak bagi kita/pengalaman indra) dan noumena (realitas sebagaimana adanya, di luar kemampuan persepsi kita).
Fenomena adalah hal-hal yang dapat kita alami secara langsung. Bahwa dunia dan kesadaran dibentuk oleh struktur kognitif kita sendiri. Kesadaran subjektif kita hanya mampu mengakses fenomena atau hal-hal yang muncul di hadapan kita setelah diproses oleh pikiran.Â
Noumena atau hal itu sendiri (thing-in-itself), adalah apa yang tetap berada di luar pengalaman indra dan jangkauan kesadaran kita. Kita tidak bisa mengalami atau mengetahui noumena secara langsung karena persepsi dan pengetahuan kita selalu dibatasi oleh subjektivitas. Meskipun kita menyadari bahwa ada dunia noumenal, kita tidak bisa mengaksesnya dengan kesadaran langsung.
"Kita tidak bisa mengetahui dunia dalam dirinya (noumenon), hanya dunia sebagaimana muncul bagi kita melalui kesadaran kita (phenomenon)."
6. Thomas Nagel (lahir 1937). Kesadaran, Apa rasanya menjadi sesuatu?
Dalam esainya yang terkenal "What Is It Like to Be a Bat?" Kesadaran memiliki aspek internal atau "bagaimana rasanya" (what it is like) yang tidak dapat direduksi ke fakta-fakta fisik. Adalah pengalaman subjektif—hal yang sifatnya dari dalam, yang hanya dapat dirasakan oleh individu yang mengalaminya.
Pengalaman subjektif tidak dapat sepenuhnya dijelaskan ilmu pengetahuan objektif, sehingga ada batasan pada penjelasan ilmiah tentang kesadaran.
Pandangannya Negel tentang pengalaman subjektif, ini membuka wacana lebih lanjut tentang kesadaran, dualisme pikiran-tubuh, dan batas-batas pengetahuan ilmiah.
7. Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770–1831). Kesadaran sebagai proses dialektik.
Kesadaran adalah proses interaktif yang dinamis, di mana pikiran berkembang melalui pertemuan dan penyelesaian kontradiksi.
Menurut Hegel, kesadaran bukanlah suatu keadaan statis, tetapi selalu bergerak melalui tahap-tahap yang terus-menerus berkembang (sejarah). Kesadaran (tesis) bergerak-berkembang melalui konflik dan pertentangan (antitesis), yang memicu refleksi dan pemikiran lebih lanjut (sintesis)
Dalam pemikiran Hegel, kesadaran individu terkait dengan konsep "Geist" atau "Spirit," yang mencakup kesadaran kolektif dan sejarah. Kesadaran individu merupakan bagian dari proses yang lebih besar, di mana pengalaman dan budaya saling memengaruhi dan membentuk satu sama lain. Dalam konteks sejarah, Hegel melihat sejarah sebagai manifestasi dari perkembangan kesadaran dan kebebasan manusia. Dia percaya bahwa setiap fase sejarah merupakan langkah dalam proses dialektik menuju kesadaran yang lebih tinggi.
Kesadaran melibatkan kesadaran diri, yaitu kemampuan untuk melihat diri sendiri sebagai subjek yang terpisah dan berinteraksi dengan dunia.