Mohon tunggu...
Sri Utami
Sri Utami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis adalah hobi yang sangat menyenangkan untuk saya. Saya bisa mengekspresikan rasa dalam untaian kata yang berlimpah. Menulis fiksi salah satu keajaiban imajinasi yang Tuhan karuniakan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Detik Bercerita

15 Februari 2024   13:58 Diperbarui: 15 Februari 2024   14:19 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 Tangisan yang tersedu-sedu mengiringi lembaran terakhir buku kesayangannya. Sesekali, tangannya dengan geram membuat coretan yang berantakan. Berbeda dengan Sintia, Abizar sedang menatap langit malam yang sudah mulai kelabu. Cahaya dari rembulan malam menerangi malamnya yang malang. Dia terus menatap langit dengan sedikit tersenyum mengingat gadis cantik yang dulu pernah dilukai, sekarang hatinya menanamkan rasa penyesalan yang amat dalam kepada Sintia.

"Sin, gua kira lo nggak ingat sama gua. Tapi, karena gelang biru ini ingatan yang dulu menghilang kembali datang dan membuatku menjadi menyesal. Maaf Sin, gua benar-benar menyesali atas perbuatan gua yang dulu. Gua harap semoga Tuhan segera memisahkan kisah kita agar kau selalu bahagia." doa Abizar menggema di dalam hati yang penuh penyesalan*.

---end---

*cerpen ini terinspirasi dari puisi Lelaki Gula Jawa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun