Tangisan yang tersedu-sedu mengiringi lembaran terakhir buku kesayangannya. Sesekali, tangannya dengan geram membuat coretan yang berantakan. Berbeda dengan Sintia, Abizar sedang menatap langit malam yang sudah mulai kelabu. Cahaya dari rembulan malam menerangi malamnya yang malang. Dia terus menatap langit dengan sedikit tersenyum mengingat gadis cantik yang dulu pernah dilukai, sekarang hatinya menanamkan rasa penyesalan yang amat dalam kepada Sintia.
"Sin, gua kira lo nggak ingat sama gua. Tapi, karena gelang biru ini ingatan yang dulu menghilang kembali datang dan membuatku menjadi menyesal. Maaf Sin, gua benar-benar menyesali atas perbuatan gua yang dulu. Gua harap semoga Tuhan segera memisahkan kisah kita agar kau selalu bahagia." doa Abizar menggema di dalam hati yang penuh penyesalan*.
---end---
*cerpen ini terinspirasi dari puisi Lelaki Gula Jawa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H