Mohon tunggu...
Sri Utami
Sri Utami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis adalah hobi yang sangat menyenangkan untuk saya. Saya bisa mengekspresikan rasa dalam untaian kata yang berlimpah. Menulis fiksi salah satu keajaiban imajinasi yang Tuhan karuniakan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Detik Bercerita

15 Februari 2024   13:58 Diperbarui: 15 Februari 2024   14:19 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kak, aku nemuin ini." Abizar menyodorkan sebuah buku berwarna hijau ke Ranti. Sintia terbelalak, padahal buku itu sudah disembunyikan di tempat yang aman. "Buku Diary?" pertanyaan Ranti terdengar mengejek.

"Hari gini masih punya diary? Kalian itu dah gede, masa iya masih punya buku kek gini! Kekanakan tau nggak!

"Punya siapa ini?" tidak ada yang merespon pertanyaan Ranti.

"Punya siapa ini?" Ranti kembali bertanya, namun semuanya bungkam karena takut.

"Sekali lagi saya tanya. Kalau tidak ada yang jawab, saya laporkan kelas kalian ke wali kelas! Punya siapa ini?" nada bicara Ranti semakin naik.

"Maaf kak, itu punya saya." Sintia akhirnya membuka suara. Sudut bibir kiri Ranti naik terlihat mengejek perempuan di depannya.

"Ternyata kelas kalian banyak juga yang nggak taat aturan. Apalagi ceweknya. Ada yang bawa headset, kepala charger, lipgloss, terus masih ada anak SD di sini. Masih bawa buku dairy, ya? Nggak dewasa ya kalian." Kata sarkasme keluar dari mulut Ranti menikam tajam mental siswa di kelas.

"Buku diary ini milik kamu ya? Yang tadi berdiri di depan kan gara-gara terlambat?" pertanyaan Abizar terdengar menyindir dan membuat Sintia mematung sekaligus menahan malu. Hati kecilnya terasa seperti diiris oleh perkataan pria gula jawa. Ingin membalas perkataan Abizar, namun dia hanya bungkam dan kembali menunduk menatap lantai yang mengkilat. Beberapa teman yang berbaris dengannya terlihat heran apalagi dengan Saci dan Andera.

***

"Lu marah sama gua ya? Gara-gara gua nyidak kelas lu. Sumpah, gua nggak bermaksud berlaga judes kok. Please maafin gua ya?" Andera meminta maaf atas perlakuan yang dipaksanya tadi siang. Sintia hanya diam. Tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Andera sangat khawatir pada Sintia yang sangat sensitif.

"Kok, lu malah minta maaf sama Sintia sih? Kan gara-gara lu lipgloss baru gua disita sama osis. Balikin nggak, Ra!" Saci yang tidak terima lipgloss-nya disita, mencurahkan kekesalan pada Andera.

"Salah lu sendiri, ke sekolah bawa lipstik, lu kan mau sekolah bukan mau ngelenong di lampu merah!" jawaban Andera terdengar meledek dan membuat Saci mendengus kesal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun