Mohon tunggu...
Tamariah Zahirah
Tamariah Zahirah Mohon Tunggu... Penulis - Guru di SMPN 3 Tambun Utara

Menulis salah satu cara menyalurkan hobi terutama dalam genre puisi dan cerpen. Motto : Teruslah menulis sampai kamu benar-benar paham apa yang kamu tulis!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pelajaran dari Sebuah Fosil

5 Maret 2024   09:43 Diperbarui: 5 Maret 2024   09:49 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ibu izin keluar kelas dulu ya, mau mengontrol kelas yang lain juga. Nanti satu jam terakhir pelajaran ibu akan kembali," tegas Bu Neli.

Ruang menjadi sedikit hening, seluruh siswa mulai serius mengerjakan tugas.  Terlebih arahan dari seorang guru BK yang membuat mereka sedikit takut. Di antara mereka ada yang bertugas mencatat, mengamati, dan ada pula yang memberikan penjelasan berdasarkan apa yang telah diamati.

Satu jam kemudian, Bu Neli kembali masuk ruang kelas IX.5 sesuai janjinya. Tanggung jawabnya sebagai guru piket hari ini sungguh luar biasa. Apalagi dia tahu kelas IX.5 adalah kelas yang membutuhkan pengawasan khusus karena ada ada satu anak yang menjadi catatan BK.

Bu Neli mengawasi anak-anak, terutama pandangannya berkali-kali dia fokuskan kepada Toni. Toni diam tertegun masih mengamati benda peninggalan sejarah itu. Tidak lama kemudian meneteskan air mata. Lalu dia tersadar, perlahan menyeka air matanya. Ibu Neli memperhatikannya, kemudian menghampiri dengan rasa penasaran.

"Toni, kenapa kamu menangis? Kamu tidak sedang drama kan?"

Ibu Neli mencandainya. Kali ini Toni tidak menimpali. Dia hanya terdiam, tanpa sepatah kata pun.

"Kamu sakit?" tanya Ibu Neli kembali.

Toni hanya menggeleng kepala.

"Lalu kenapa kamu menangis?"

"Aku merasa menyesal, selama ini udah jadi anak yang nakal, dan bisanya hanya menyusahkan orang tua dan guru saja."

"Apa hubungannya dengan tulang belulang itu? Ibu melihatmu meneteskan air mata saat mengamati benda itu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun