Judul : PELAJARAN DARI SEBUAH FOSIL
Karya : Zahirah Zahra
"Horeee...."
Seisi ruangan bersorak kegirangan tatkala Ibu Lina guru sejarah masuk ruangan. Mengabarkan kepada anak-anak, bahwa hari ini dia tidak bisa masuk kelas saat jam pelajaran nanti, karena ada urusan mendadak.
"Ingat ya, jangan berisik di kelas! Nanti akan ada tugas dari guru piket," tegas Bu Lina.
"Yaaah, sama aja bohong dong, Bu."
Terlihat raut kecewa dari wajah beberapa anak, terutama Toni seorang anak yang berpenampilan cuek.
"Toni, awas kamu! Jangan bikin ulah di kelas. Akan ada sanksi dari ibu." Ibu Lina mengingatkan.
"Siap, Bu. Tenang aja, aku udah jadi anak baik-baik kok," jawab Toni membanggakan diri.
"Syukurlah, ibu pegang janjimu."
Di sekolah Toni terkenal anak yang super nakal, khususnya di kelas IX.5. Semua guru memang selalu mengelus dada ketika berhadapan dengannya. Keinginannya untuk berubah hanya janji-janji palsu saja. Orang tua Toni sering menangis saat dipanggil ke sekolah. Bahkan sudah pasrah, menyerahkan semua kepada bapak ibu guru di sekolah, selama itu demi kebaikan Toni.
Guru Bimbingan Konseling pun sampai kewalahan menghadapi sikapnya yang super. Dalam satu Minggu tidak pernah, tidak ada kasus yang membuat namanya semakin viral di sekolah itu. Toni sangat terkenal karena kenakalannya.
"Semoga tidak menjadi virus untuk siswa yang lainnya," ungkap Ibu Neli guru BK berwajah manis dan berhati lembut.
Beberapa saat kemudian, masuk Ibu Neli ke ruang kelas IX.5. Â Kebetulan dia yang ditugaskan menjadi guru piket menggantikan guru yang tidak bisa masuk kelas karena ada kepentingan.
"Assalamualaikum...."
Ucap Ibu Neli dengan suara lembut. Sambil membawa beberapa alat peraga pembelajaran.
"Wa'alaikum salam...."
Semua menjawab secara serempak. Terkecuali, Toni yang tampak cuek tidak menghiraukan kedatangan Ibu Neli. Untuk menjawab salamnya saja, dia sepertinya enggan.
"Toni, kenapa kau tak menjawab salam ibu?" Ibu Neli menegurnya, meski ada perasaan keki namun tetap berusaha menahan sabar.
"Sudah dalam hati, Bu," jawabnya singkat.
"Oh, terima kasih. Maafkan Ibu Neli salah menilaimu. Ternyata kamu sudah jauh berubah, Ton."
Toni terdiam sesaat. Perkataan Ibu Neli telah menyentuh dasar hatinya yang teramat keras bagaikan batu cadas di jurang nahas. Dia merasa malu, seorang guru mau berjiwa besar meminta maaf kepadanya di depan kelas, sementara apa yang dikatakannya adalah hanya kebohongan. Sebetulnya dia memang tidak menjawab salam Ibu Neli.
"Ok, hari ini ada tugas untuk kalian dari Ibu Lina. Kali ini mengamati sebuah benda peninggalan sejarah yaitu fosil."
"Fosil merupakan salah satu bentuk peninggalan sejarah. Fosil memiliki banyak jenis. Fosil merupakan bukti adanya makhluk hidup berupa manusia, binatang, maupun tumbuhan.
"Ada yang ingin bertanya?" tambahnya lagi.
"Saya, Bu." Â Reyhan, anak yang duduk di baris depan mengacungkan jari telunjuknya.
"Kalau saya menemukan tulang belulang ikan atau ayam di jalan, apa itu disebut fosil?"
Semua tertawa mendengar pertanyaan polos Reyhan.
"Pertanyaan yang bagus."
Ibu Neli memujinya, meski sedikit nyeleneh.
"Tentu itu bukan fosil. Karena fosil salah satu benda yang ditemukan pada zaman dahulu. Makanya di sebut juga benda bersejarah. Fosil itu bisa diawetkan, oleh karena itu tidak mudah hancur, " jawabnya gamblang.
"Hanya itu yang ibu tahu, nanti Bu Lina selaku guru sejarah yang lebih detil dan lengkap menjelaskan," papar Ibu Neli singkat.
"Iya, Bu," jawab anak-anak serempak.
"Ibu hanya menyampaikan tugas dari Bu Lina untuk kalian. Silakan kalian berkelompok. Di depan kalian ada tulang belulang, tengkorak dan kerangka fosil lainnya, sekarang kalian amati baik-baik! Catat hal-hal yang sekiranya penting. Silakan kalian jadikan bahan diskusi!"perintah Bu Neli.
"Ibu izin keluar kelas dulu ya, mau mengontrol kelas yang lain juga. Nanti satu jam terakhir pelajaran ibu akan kembali," tegas Bu Neli.
Ruang menjadi sedikit hening, seluruh siswa mulai serius mengerjakan tugas. Â Terlebih arahan dari seorang guru BK yang membuat mereka sedikit takut. Di antara mereka ada yang bertugas mencatat, mengamati, dan ada pula yang memberikan penjelasan berdasarkan apa yang telah diamati.
Satu jam kemudian, Bu Neli kembali masuk ruang kelas IX.5 sesuai janjinya. Tanggung jawabnya sebagai guru piket hari ini sungguh luar biasa. Apalagi dia tahu kelas IX.5 adalah kelas yang membutuhkan pengawasan khusus karena ada ada satu anak yang menjadi catatan BK.
Bu Neli mengawasi anak-anak, terutama pandangannya berkali-kali dia fokuskan kepada Toni. Toni diam tertegun masih mengamati benda peninggalan sejarah itu. Tidak lama kemudian meneteskan air mata. Lalu dia tersadar, perlahan menyeka air matanya. Ibu Neli memperhatikannya, kemudian menghampiri dengan rasa penasaran.
"Toni, kenapa kamu menangis? Kamu tidak sedang drama kan?"
Ibu Neli mencandainya. Kali ini Toni tidak menimpali. Dia hanya terdiam, tanpa sepatah kata pun.
"Kamu sakit?" tanya Ibu Neli kembali.
Toni hanya menggeleng kepala.
"Lalu kenapa kamu menangis?"
"Aku merasa menyesal, selama ini udah jadi anak yang nakal, dan bisanya hanya menyusahkan orang tua dan guru saja."
"Apa hubungannya dengan tulang belulang itu? Ibu melihatmu meneteskan air mata saat mengamati benda itu."
"Yah, ternyata manusia itu sangat lemah, tidak ada apa-apanya. Jasad akan hancur hanya tinggal serakan tulang belulang dan tengkorak. Betapa sombongnya selama ini diriku. Tidak pernah mendengar nasihat baik dari guru dan orang tua. "
Degg....
Hati Bu Neli terenyuh mendengar pengakuan Toni, anak yang terbilang sangat keras kepala dan selalu membuat keonaran di sekolah. Kini menangis di hadapannya.
"Ya Allah, hidayah datang dari mana saja. Bahkan dari sesuatu yang terlihat kecil dan tidak terpikir oleh siapa pun. Terimakasih ya Allah sudah memberikan petunjuk untuk Toni, "ungkap Bu Neli penuh syukur.
Setelah kegiatan pembelajaran sejarah tentang fosil. Toni terlihat jauh berubah dan tidak pernah terdengar lagi membuat keonaran di kelas. Dia lebih banyak diam, bahkan hari-harinya di sekolah lebih banyak dia gunakan untuk belajar.
Pembelajaran beberapa hari lalu, menjadi sebuah pelajaran berharga untuk Toni. Di rumah pun tidak pernah melewatkan waktu-waktu untuk ibadah kepada Allah. Dia ingin membuktikan kepada orang tua dan gurunya, kelak menjadi anak yang bisa dibanggakan.
Bekasi, 05 Maret 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H