"Semoga tidak menjadi virus untuk siswa yang lainnya," ungkap Ibu Neli guru BK berwajah manis dan berhati lembut.
Beberapa saat kemudian, masuk Ibu Neli ke ruang kelas IX.5. Â Kebetulan dia yang ditugaskan menjadi guru piket menggantikan guru yang tidak bisa masuk kelas karena ada kepentingan.
"Assalamualaikum...."
Ucap Ibu Neli dengan suara lembut. Sambil membawa beberapa alat peraga pembelajaran.
"Wa'alaikum salam...."
Semua menjawab secara serempak. Terkecuali, Toni yang tampak cuek tidak menghiraukan kedatangan Ibu Neli. Untuk menjawab salamnya saja, dia sepertinya enggan.
"Toni, kenapa kau tak menjawab salam ibu?" Ibu Neli menegurnya, meski ada perasaan keki namun tetap berusaha menahan sabar.
"Sudah dalam hati, Bu," jawabnya singkat.
"Oh, terima kasih. Maafkan Ibu Neli salah menilaimu. Ternyata kamu sudah jauh berubah, Ton."
Toni terdiam sesaat. Perkataan Ibu Neli telah menyentuh dasar hatinya yang teramat keras bagaikan batu cadas di jurang nahas. Dia merasa malu, seorang guru mau berjiwa besar meminta maaf kepadanya di depan kelas, sementara apa yang dikatakannya adalah hanya kebohongan. Sebetulnya dia memang tidak menjawab salam Ibu Neli.
"Ok, hari ini ada tugas untuk kalian dari Ibu Lina. Kali ini mengamati sebuah benda peninggalan sejarah yaitu fosil."