Mohon tunggu...
Talitha Fadhilah Azhar
Talitha Fadhilah Azhar Mohon Tunggu... Penulis - absen 31 XI MIPA 3

Pelajar SMAN 28 Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jangan Ganggu Sepatuku!

16 November 2020   10:46 Diperbarui: 16 November 2020   10:57 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dion masih tidak fokus, "Oh, enggak, gak usah. Thanks," Dion mengatur napas tersengalnya sambil mengusap keringat dinginnya. Malapetaka apa lagi ini?

***

Dua minggu sudah berlalu sejak mimpi menyeramkan itu. Dion memimpikan hal yang sama berulang-ulang. Bagaimana ia dibunuh oleh bocah lelaki yang sama sekali tak ia kenal. Lalu terbangun di tengah malam dan tak bisa tidur kembali. Belum lagi adiknya, Dika, yang keanehannya semakin menjadi-jadi. Dika selalu menunjuk ke arah Dion setiap kali mereka bertemu. Tangannya lurus menunjuk tanpa bicara apapun. Namun, Dion dapat merasakan adiknya berbicara sesuatu dan tatapan kosongnya itu memberikan untaian kata yang tak bisa Dion tangkap. 

Di sekolah, rumah, tempat umum, sama saja. Dika terus menunjuk walau tidak ada tindakan berarti atau agresif. Bahkan ketika di rumah, Dika membuntuti kakaknya hingga pintu kamar Dion. Begitu Dion mengunci kamar, barulah Dika kembali ke kamarnya dan mengurung diri. Aneh, seram, dan merinding. Itulah yang Dion rasakan selama dua minggu ini. Dion tidak tahan lagi. Frustasi hebat dan kurang tidur. Ia pikir ini semua berhubungan erat dengan sepatu itu. 

Berulang kali ia membuang benda itu ke pembuangan sampah, namun esoknya sepatu itu kembali. Menguburnya di lahan yang jauh, besoknya balik lagi. Menyembunyikannya di loteng, esoknya muncul lagi. Di setiap usaha yang Dion lakukan, selalu terdapat sekelibat bayangan hitam ataupun mata putih di sekitarnya. Hanya kurang dari satu detik sebelum semua itu kembali lenyap. Dan pasti esok harinya benda itu muncul lagi. Kapan hal ini akan berakhir? Sudah muak dengan mimpi, sepatu, dan adiknya, hari ini Dion akan membakar diam-diam sepatu itu. Bakar hingga menjadi abu. Malam ini juga.

Dion mengendap ke kamar Dika dan berhasil mendapatkan sepatu itu. Ia tahu kalau adiknya paling tidak bisa dibangunkan kalau sudah tidur, jadi semua aksi mengambil sepatunya berjalan lancar. Sekarang sudah tengah malam. Dion terlalu malas untuk mencari tempat yang jauh untuk membakar sepatu. Jadilah ia membakarnya di halaman belakang rumah. Dion menyalakan korek gas yang sudah ada di tangannya. Ia menatap sendu api itu sejenak, bertanya-tanya kapan mimpi buruk ini akan selesai?

"Kenapa sepatu ini selalu balik lagi sih? Tolong, jangan pernah kembali," lirih Dion berbicara sendiri layaknya orang gila. Ia lalu mendekatkan ujung api ke sepatu itu, membiarkan benda lusuh setengah koyak itu dijilat oleh api.

"Kak? Lagi apa?"

Deg! Itu suara Dika!

"Bakar apa?" seru adiknya lagi.

"Kak! Jawab!" pekikan Dika kali ini membuat Dion membalikan badannya. Ia melihat Dika berdiri di balkon kamarnya di lantai dua dengan piyama birunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun