Mohon tunggu...
Syarif Nurhidayat
Syarif Nurhidayat Mohon Tunggu... Dosen - Manusia yang selalu terbangun ketika tidak tidur

Manusia hidup harus dengan kemanusiaannya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Stasiun Tua

4 Oktober 2020   08:05 Diperbarui: 4 Oktober 2020   08:22 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Stasiun tua seperti ini memang sangat pas dijadikan rumah para gelandangan dan orang gila. Daripada harus membuat rumah sendiri, yang rawan digusur Pemda karena dianggap mengotori pemandangan.

Pemerintah tidak pernah mau tahu bahwa mereka benar-benar tak memiliki rumah lain. Mereka mestinya jangan hanya menggusur tapi membangunkan rumah, minimal mewakafkan tanah untuk mereka bikin kampung gelandangan atau kampung orang gila sendiri. Sehingga jika kumuh maka cukup satu daerah saja tidak dimana-mana. 

Tapi, ah, peduli amat dengan pemerintah. Mereka kan sekarang bukan pelayan masyarakat, justru menjadi ndoro yang harus dilayaani. Dunia memang sudah terbalik.

Kulihat dua orang berjalan pelan keluar dari musholla. Mereka terkejut dan sepontan hendak lari. Namun diurungkan saat memperhatikan aku tampak tidur pulas. Apalagi kucoba mengeluarkan suara dengkur yang kubuat-buat.

"Bajingan. Dasar maling. Sampah masyarakat. Untung kalian berdua, kalau sendirian sudah kugampar habis." Hatiku mengumpat sepuasnya. Kulirik mereka dengan membuka mata sedikit.

"Kita dapat cukup banyak. Lumayan dapur kita akan mengepul kembali. Anak-anak kita bisa terus sekolah." Salah seorang bergumam saat hasil maling mereka gelar dengan santainya.

"Bah. Maling tetap maling. Apapun tujuan kalian namanya maling tetap merugikan. Kalian tidak mikir apa, anak turun yang dihidupi dari maling, biasanya tumbuh jadi maling juga. Mereka harus dihentikan, generasi maling harus diputus. Sudah cukup pejabat korupsi maling duit rakyat. Masa rakyatnya sendiri ingin jadi maling juga? Apa jadinya dunia jika semua orang jadi maling?" Aku terus mengumpat dalam hati. Aku tak kenal mereka meski telah membuka tutup mukanya. Sepertinya mereka adalah orang desa seberang, atau justru lebih jauh lagi.

"Pak Siswono memang kaya. Ayo segera kita bagi" terdengar salah seorang bicara sebelum mereka mulai membagi hasil kerja malam itu.

Pak Siswono? Camat yang dituduh korupsi itu? Camat yang dianggap menyunat dana pengembangan desa sampai 30%? Tapi dia akhirnya tidak dihukum karena buktinya tidak kuat. Maklum saja, dia memiliki koneksi dengan orang-orang penting yang bikin keputusan. 

Di mana-mana rakyat jika berhadapan dengan pejabat dalam pengadilan selalu kalah. Kalau dia yang dimaling aku sebenarnya juga bersyukur. Biar kapok. Meski tidak dihukum Negara, dia telah dihukum oleh rakyatnya sendiri.

Tapi maling kan tetap buruk. Sunan Kali Jaga saja tobat tidak lagi mencuri, padahal hasilnya diberikan kepada rakyat yang miskin. Atau Robin Hood yang mencuri harta para penguasa untuk dibagikan kepada masyarakat yang membutuhkan. Tapi mereka bukan Robin Hood yang mencuri untuk kemaslahatan rakyat, mereka mencuri karena malas bekerja, hanya untuk kepentingan pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun