"Lantas?"
"Aku menunggu jodohku menjemput."
"Bukankah jodoh itu berbentuk orang?"
"Mungkin. Tapi ia berbeda. Ia jodohku yang sebenarnya."
"Bukankah istri Anda itu jodoh Anda?"
"Mungkin. Tapi aku belum menemukan persamaan antara istri dan jodoh. Karena istriku telah pergi. Tapi mungkin jodohku akan membawa istriku kembali kepadaku."
Saya semakin tak mengerti apa yang dikatakan oleh pria itu dan sempat berpikiran kalau ia memiliki gangguan jiwa.
"Istriku telah pergi meninggalkanku, tepat di bawah sana," sambungnya sambil menunjuk ke arah aliran sungai Garonne, dari bawah jembatan Neuf. "Bukan aku yang membuatnya pergi. Kau percaya itu?"
"Iya," jawab saya.
"Kau berbohong. Kau seperti kebanyakan orang. Berpura-pura ikut berduka, tapi meneriaki aku pembunuh di belakang. Bukan begitu?"
"Tidak. Saya tidak seperti itu."