"Sedang di bawa anak buah saya ke pusat kota," jawabnya
"Brengsek betul kau ini! Mau kau apakan Harga Diri saya!?"
"Mau saya jual setengah ke Calon Presiden, sisanya saya bagi dan jual kepada beberapa Calon Pemimpin Daerah."
"Kurang ajar!" bentak Pak RW sambil melayangkan genggamannya ke rahang orang itu. Mata Pak RW memerah.
"Cukup Pak RW," kata Pak Polisi mencoba menenangkan. "Bapak tidak usah menangis. Ya, saya mengerti benar betapa berartinya Harga Diri itu bagi Bapak. Tapi percayalah, kami akan berusaha menghentikan anak buah penadah ini. Bapak tenang saja."
"Tidak," kata Pak RW, matanya masih memerah, "tangan saya sakit. Rahang dia keras juga rupanya."
"Mas penadah, dari mana atau dari siapa Anda mendapatkan Harga Diri itu?"
"Dari anak dia sendiri, Pak," jawab penadah itu sambil menunjuk Pak RW.
"Apa!? Anak saya!? Kurang ajar betul dia. Pantas dia tidak mau saya melapor polisi. Saya kurung dia di kandang kambing nanti," ketus Pak RW
***
Pada perjalanan hendak menuju ke kota, polisi juga sudah berhasil meringkus beberapa anak buah dari penadah itu. Ada yang melewati rawa, ada yang menyeberang sungai dan berenang di antara tai-tai.