Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ratu Pasar Online

12 Januari 2025   00:01 Diperbarui: 12 Januari 2025   07:01 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Meta AI 

"Omong kosong!" Suara Tono menggelegar dari kamar. Pria itu muncul dengan wajah masam. "Mini, kamu mau diracuni ide-ide aneh sama anak ini? Sudah bagus jualan di pasar. Itu yang kamu bisa, itu yang cocok buat kamu."

Rukmini membeku. Dua puluh lima tahun. Selama itu ia berdiri di bawah terik matahari, menghadapi hujan, membangun kepercayaan pelanggan satu per satu. Bahkan ketika Tono kehilangan pekerjaan dan terjerat hutang rentenir, dia yang membanting tulang melunasi semuanya --- dengan cara 'kuno'-nya berdagang di pasar.

"Cocok?" Rukmini mendesis, matanya menatap tajam suaminya. "Seperti hutangmu yang sudah cocok dilunasi dengan uang dari cara dagang 'kuno'-ku ini?"

Hening. Tono memalingkan wajah. Ayu menahan napas.

"Aku memang nggak ngerti teknologi," Rukmini melanjutkan, suaranya gemetar menahan emosi. "Tapi aku ngerti satu hal: pasar sedang berubah. Dan aku nggak akan duduk diam menunggu usahaku mati."

Warung kopi Pak Karjo sudah hampir tutup ketika Rukmini memberanikan diri menemui Lestari. Dalam temaram lampu neon yang berkedip-kedip, ia melihat sahabatnya itu masih sibuk dengan ponselnya.

"Ta," Rukmini menarik kursi plastik di sebelah Lestari. Suara deritnya bercampur dengan dengung generator listrik yang mulai dinyalakan. "Aku perlu bantuanmu."

Lestari mendongak, alisnya terangkat. Ia kenal nada suara itu --- nada yang sama ketika dua puluh lima tahun lalu Rukmini datang padanya, meminjam modal untuk membuka lapak pertamanya.

"Ajari aku jualan online."

Lestari menghela napas panjang, meletakkan ponselnya. "Mini, Mini... kamu tahu ini nggak semudah yang kamu pikir? Lihat nih," ia menunjukkan aplikasi di ponselnya. "Dalam sehari, aku harus mantau lima platform berbeda. Tiap lima menit ada chat masuk. Complain pembeli datang tengah malam. Stok harus diupdate tiap jam. Salah sedikit, rating anjlok."

"Waktu kita mulai dulu, kamu juga bilang jualan di pasar nggak mudah," Rukmini tersenyum getir. "Tapi kita bertahan, kan?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun