Mohon tunggu...
Sosbud

Pentingnya Belajar Sirah Nabawiyyah

31 Desember 2018   20:48 Diperbarui: 31 Desember 2018   21:04 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Sebelum kita masuk ke dalam penjelasan sirah nabawiyyah, ada hal penting yang perlu diketahui bahwa arti dari sirah adalah perjalanan hidup atau sejarah nabi besar Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.

Selain itu, sebelum benar-benar memulai materi perlu kiranya kita ketahui terkait dengan manfaat mempelajari sirah nabawiyyah ini, yang diantaranya adalah sebabagi berikut:

Mengetahui pribadi Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam

Dengan mempelajari sirah nabawiyyah hal yang dapat dipetik darinya adalah kita dapat mengenal pribadi Nabi muhammad Shallallau Alaihi Wasallam, seperti suka-duka hidup Rasulullah, kesabaran Rasulullah dalam menjalani hidup dan lain sebagainya yang dapat kita contoh untuk menjlani hidup yang benar dan tenteram atas ridha Allah Taala. Hal tersebut dikarenakan dalam diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik, sebagaimana difirmankan oleh Allah Taala dalam al-Quran:

Artinya : "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Raslullh itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allh dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah". (QS. al-Ahzab : 21).

Walaupun ayat ini turun ketika di dalam keadaan perang Ahzb, akan tetapi hukumnya umum meliputi keadaan kapan saja dan dalam hal apa saja. Atas dasar itu, Imam Ibnu Katsr rahimahullah berkata tentang ayat ini, "Ayat yang mulia ini merupakan fondasi/dalil yang agung dalam meneladani Raslullh Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam semua perkataan, perbuatan, dan keadaan beliau. Orang-orang diperintahkan meneladani Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam perang Ahzb, dalam kesabaran, usaha bersabar, istiqomah, perjuangan, dan penantian beliau terhadap pertolongan dari Rabbnya. Semoga sholawat dan salam selalu dilimpahkan kepada beliau sampai hari Pembalasan". [Tafsir Ibnu Katsir, 6/391, penerbit: Daru Thayyibah]

Demikian juga Syaikh Abdur Rahmn bin Nshir as-Sa'di rahimahullah menjelaskan kaedah menaladani Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam ini dengan menyatakan, "Para Ulama ushul (fiqih) berdalil (menggunakan) dengan ayat ini untuk berhujjah dengan perbuatan-perbuatan Raslullh Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan bahwa (hukum asal) umat beliau adalah meneladani (beliau) dalam semua hukum, kecuali perkara-perkara yang ditunjukkan oleh dalil syari'at sebagai kekhususan bagi beliau. Kemudian uswah (teladan) itu ada dua: uswah hasanah (teladan yang baik) dan uswah sayyi`ah (teladan yang buruk).

Uswah hasanah (teladan yang baik) ada pada diri Raslullh Shallallahu 'alaihi wa sallam. Karena orang yang meneladani beliau adalah orang yang menapaki jalan yang akan menghantarkan menuju kemuliaan dari Allh Azza wa Jalla , dan itu adalah shirthl mustaqm (jalan yang lurus).

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasaalam bersabda:

Artinya: "Semua umatku pasti akan masuk surga kecuali orang yang enggan." Para shahabat bertanya, "Ya Rasulullah, siapakah orang yang enggan itu?" Beliau menjawab, "Barangsiapa mentaatiku pasti masuk surga, dan barangsiapa mendurhakaiku maka dialah orang yang enggan (tidak mau masuk surga, pent).". (HR. Al-Bukhari no.6851, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu).

Oleh karena itu, hendaknya kita mengenal Rasulullah sebagai utusan Allah yang diutus membawa Islam sebagai rahmatan lil 'alamin.
Mengenal Sahabat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Manfaat kedua dari mempelajari sirah nabawiyyah adalah mengetahui atau mengenal sahabat-sahabat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam selaku orang yang paling mengenal Rasulullah. Dimana dengan megenal mereka akan mepermudah kita untuk mengenal Nabi itu sendiri.

Secara Bahasa, Sahabat berasal dari asal kata bahasa arab, secara etimologi adalah "teman/kawan/ sejawat" secara terminology Sahabat adalah seseorang yang hidup di zaman Rasulullah, Saw. Diantara mereka adalah; Abu Bakar As-Sidiq, Ummar bin Khatab, Utsaman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, dll.

Ditinjau dari histori sahabat nabi adalah orang yang bukan hanya hidup sezaman dengan nabi saja, akan tetapi mereka yang membantu nabi, dan beriman kepadanya serta membantu memperjuangkan dakwah agama Islam, agar Islam tersebar luas ke seluruh penjuru dunia, hingga kepada kita saat ini. Seperti kita bisa lihat contoh sahabat yang pertama Sayidina Abu Bakar Sidiq, dari namanya saja sudah bisa kita asumsikan "ashidiq" yang berarti "benar/dapat dipercaya", dalam sejarah Abu Bakar adalah sahabat laki-laki dewasa yang pertama masuk Islam. Ketika Rasulullah diutus menjadi Nabi dan Rasul setelah istri Nabi yaitu Khodijah dan dari golongan anak-anak, Ali yang pertama memeluk Islam, sementara Zaid bin Haritsah adalah yang pertama kali memeluk Islam dari golongan budak. 

Dan Abu Bakar juga sekaligus sahabat yang selalu mendampingi Nabi kemanapun baik suka atau pun duka, kita bisa melihat ketika peristiwa Rasul dikejar kafir Quraisy yang akan membunuhnya, hingga Rasul bersembunyi di gua tsur ditemani oleh Abu Bakar. Dan gelar as-shidiq untuk Abu Bakar ini diperoleh, ketika peristiwa "Isra' Mi'raj."  Sahabat yang pertama membenarkan dan mempercayai peristiwa Isra' Mi'raj maka Abu Bakar diberi nama as-shidiq.  

Keislaman Abu Bakar r.a. paling banyak membawa manfaat besar terhadap Islam dan kaum muslimin dibandingkan dengan keislaman selainnya, karena kedudukannya yang tinggi dan semangat serta kesungguhannya dalam berdakwah. Dengan keislamanya, maka masuk mengikutinya tokoh-tokoh besar yang masyhur seperti Abdurrahman bin Auf, Sa'ad bin Abi Waqqas, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, dan Talhah bin Ubaidillah.r.a

Di sisi lain, berkaitan dengan sahabat itu sendiri dijelaskan bahwa sahabat merupakan orang yang mendapatkan ridha Allah Taala, sebagaimana Allah berfirman:

Artinya: "Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar". (QS. al-Taubah : 100).

Sehingga dengan hal itu tidak salah bahwa mereka merupakan golongan terbaik, sebagaimana hadits yang disabdakan nabi, bahwa ia bersabda:

Artinya: "Sebaik-baik manusia ialah pada generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya." (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 3651, dan Muslim, no. 2533)

Para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memiliki kedudukan istimewa di sisi Allah Ta'ala. Mereka telah diberikan anugerah yang begitu besar yakni kesempatan bertemu dan menemani Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam. Allah Ta'ala telah memilih mereka untuk mendampingi dan membantu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam menegakkan agama-Nya. Orang-orang pilihan Allah ini, tentunya memiliki kedudukan istimewa di bandingkan manusia yang lain. Karena Allah Ta'ala tidak mungkin keliru memilih mereka.

'Abdullah Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu mengatakan:

Artinya: "Sesungguhnya Allah memperhatikan hati para hamba-Nya. Allah mendapati hati Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam adalah hati yang paling baik, sehingga Allah memilihnya untuk diri-Nya dan mengutusnya sebagai pembawa risalah-Nya. Kemudian Allah melihat hati para hamba-Nya setelah hati Muhammad. 

Allah mendapati hati para sahabat beliau adalah hati yang paling baik. Oleh karena itu, Allah menjadikan mereka sebagai para pendukung Nabi-Nya yang berperang demi membela agama-Nya. Apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin (para sahabat), pasti baik di sisi Allah. Apa yang dipandang buruk oleh mereka, pasti buruk di sisi Allah." (Diriwayatkan oleh Ahmad dalam al-Musnad, I/379, no. 3600. Syaikh Ahmad Syakir mengatakan bahwa sanadnya shohih).

Para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam adalah orang-orang yang paling tinggi ilmunya. Merekalah yang paling paham perkataan dan perilaku Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Merekalah manusia yang paling paham tentang Al-Qur'an, karena mereka telah mendampingi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tatkala wahyu diturunkan, sehingga para sahabat benar-benar mengetahui apa yang diinginkan oleh Allah dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam.

Mengetahui Asbabu al-Nuzulu al-Quran (sebab turunnya al-Quran). Manfaat ketiga dar memelajari Sirah Nabawiyyah adalah dapat mengetahui sebab-sebab turunnya ayat-ayat al-Quran, sehingga dengan mengetahuinya kita dapat mudah memahami makna ayat tersebut dan apa tujuan Allah meurunkan ayat tersebut.

Menurut Syekh Muhammad Husain Ath-Thabathaba'i dalam kitabnya Al-Qur'an fi Al-Islam, mempelajari ilmu-ilmu sebab turunnya ayat (Asbab An-Nuzul) itu sangat penting dalam mempermudah seseorang dalam mengetahui ayat dan memahami makna serta kandungan yang ada di dalam Alquran, serta rahasia-rahasia yang terkandung di dalamnya.

Menurut Ibnu Abbas RA---salah seorang sahabat dan mufasir hebat awal permulaan Islam---mengetahui sebab-sebab turunnya ayat-ayat Alquran itu, memudahkan seseorang dalam menelusuri riwayat peristiwa dan sejarah terdahulu yang terjadi di zaman Rasul SAW.

Al-Wahidie (w 472 H) menjelaskan, "Tidaklah mungkin mengetahui tafsir suatu ayat, tanpa bersandar pada riwayat dan penjelasan turunnya ayat Alquran."

Ibnu Daqiqi al-Ied (w 702 H) menjelaskan, mengetahui sebab turunnya suatu ayat merupakan jalan yang paling tepat dalam memahami makna-makna (maksud) Alquran.

Dari keterangan tersebut di atas, para ulama menjelaskan, sedikitnya ada empat hal yang menjadi faedah atau manfaat mempelajari Asbab an-Nuzul itu. Pertama, membantu seseorang dalam memahami kandungan ayat dan menghindarkan kesulitan yang ada di dalam ayat.

Kedua, memberikan pemahaman yang tepat bahwa hukum yang dibawa oleh ayat itu adalah khusus untuk memberi penyelesaian peristiwa atau pertanyaan yang menjadi sebab turunnya ayat tersebut.

Ketiga, membantu memudahkan penghafalan dan pemahaman serta melekatkan ayat-ayat yang bersangkutan dalam hati orang-orang yang mendengarnya, bila ayat-ayat itu dibacakan.

Keempat, dapat mengetahui hikmah (ilmu) Allah dengan yakin mengenai segala hal yang disyariatkan melalui ayat-ayat yang diturunkannya. (RS Abdul Aziz, Tafsir Ilmu Tafsir, 1991).

Mengetahui sebab-sebab periwayatan hadits (al-Asbab al-Wurud) Manfaat selanjutnya dalam mempelajari sirah nabawiyyah adalah dapat mengetahu sebab-sebab diriwayatkannya hadits. Sebagaimana kita ketahui bahwa hadits kadangkala memiliki makna gobal dan ada punya yang memiliki makna jelas, sehingga dengan mengetahui sebab siriwayatkannya sebuah hadits kia dapat memahami apa makna dan apa kandungan dari hadits tersebut.

Secara etimologis, "asbabul wurud" merupakan susunan idhafah yang berasal dari kata asbab dan al-wurud. Kata "asbab" adalah bentuk jamak dari kata "sabab". Menurut ahli bahasa diartikan dengan "al-habl" (tali), saluran yang artinya dijelaskan sebagai segala yang menghubungakan satu benda dengan benda lainnya sedangakan menurut istilah adalah :

"Segala sesuatu yang mengantarkan pada tujuan"

Dan ada juga yang mendifinisikan dengan : suatu jalan menuju terbentuknya suatu hukum tanpa ada  pengaruh apapun dalam hukum itu.
Menurut as-suyuthi, secara terminologi asbabul wurud diartikan sebagai berikut :

"Sesuatu yang menjadi thoriq (metode) untuk menentukan suatu Hadis yang bersifat umum, atau khusus, mutlak atau muqayyad, dan untuk menentukan ada tidaknya naskh (pembatalan) dalam suatu Hadits".

Selain itu, ada beberapa dari mempelajari sebab-sebab keluarnya hadits, yakni: Takhshish al-' Am (Mengkhususkan yang Umum), Taqyid al-Muthlaq (Membatasi yang Mutlak), Tafshil al-Mujmal (Merinci Hal yang Masih Global), Menentukan Perkara Naskh dan Menerangkan Mana Nasikh dan Mansukh, Memperjelas Hal yang Tidak Jelas, Untuk menolong memahami dan menafsirkan al-Hadits, Untuk mengetahui hikmah-hikmah ketetapan syari'at (hukum), menjelaskan kemusykilan dan menunjukan illat suatu hukum, dll.

Mengetahui Tentang keadaan orang kafir dan orang munafik

Fungsi mempelajari sirah Nabi yang lainnya adalah bahwa dengan mempelajarinya kita dapat mengenal seperti apa orang-orang kafir dan orang-orang munafik, sehingga dengan mengetahuinya kita tidak semena-mena dalam memutuskan keadaan seseorang yang hanya melakukan sebuah kesalahan kemudian kita mengkafirkannya. Sehingga sangat penting bagi kita mengenal seperti apa orang kafir yang sesuai dengan sifat-sifat yang dijelaskan oleh Rasulullah dan seperti apa sifat-sifat orang munafik yang sesuai dengan sifat yang berikan oleh Rasulullah.

Sebagaimana cerita Usamah bin Zaid Radhiyallahu Anhu yang membunuh orang yang kafir yang bersyahadat, yakni hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari seorang sahabat mulia yang juga merupakan cucu angkat kesayangan Rasulullah SAW, yaitu Usamah bin Zaid bin Haritsah radhiyallahu 'anhuma bahwa ia berkata:

Artinya: "Dari Usamah bin Zaid bin Haritsah Radhiyallahu 'anhuma ia berkata, "Rasulullah SAW mengutus kami dalam sebuah pasukan perang untuk menyerang orang-orang kafir Marga Huraqah, bagian dari suku Juhainah. Kami menyerang mereka di waktu pagi dan kami mengalahkan mereka. Saya dan seorang sahabat Anshar mengejar seorang anggota Bani Huraqah yang melarikan diri. Ketika kami mengepungnya, tiba-tiba ia mengucapkan 'Laa Ilaaha Illa Allah' (Tiada Ilah Yang berhak disembah selain Allah). Sahabat Anshar itu pun menahan dirinya. Adapun saya menusuk orang tersebut dengan tombakku sampai saya menewaskannya." (HR. Muttafaq Alaih).

Usamah bin Zaid melanjutkan ceritanya, "Ketika kami tiba di Madinah, berita tersebut sampai kepada Nabi SAW. Maka beliau bertanya kepadaku, 'Wahai Usamah, apakah engkau tetap membunuhnya setelah ia mengucapkan Laa Ilaaha Illa Allah?' Saya (Usamah) menjawab, "Wahai Rasulullah, ia mengucapkannya sekedar untuk melindungi dirinya."

Namun beliau SAW tetap bertanya, "Apakah engkau tetap membunuhnya setelah ia mengucapkan Laa Ilaaha Illa Allah?"

Saya (Usamah) berkata, "Beliau SAW masih terus mengulang-ulang pertanyaan itu, sehingga saya berangan-angan andai saja saya belum masuk Islam sebelum hari itu."

Dalam riwayat Muslim, Rasulullah SAW bertanya kepada Usamah bin Zaid:

"Apakah ia sudah mengucapkan Laa Ilaaha Illa Allah, namun engkau tetap saja membunuhnya?"

Maka Usamah bin Zaid menjawab:

"Wahai Rasulullah, dia mengucapkannya karena takut kepada senjata kami."

Namun Rasulullah SAW bersabda:

"Kenapa engkau tidak membelah dadanya, sehingga engkau mengetahui apakah hatinya mengucapkan Laa Ilaaha Illa Allah karena ikhlash ataukah karena alasan lainnya?"

Usamah berkata:

"Beliau terus-menerus mengulang pertanyaan itu kepada saya sehingga saya berharap andai saja saya baru masuk Islam pada hari itu." (HR. Bukhari: Kitab ad-diyat no. 6872 dan Muslim: Kitab al-iman no. 96)

Dari adanya hadits tersebut dapat disimpulkan bahwa dilarangnya kita semena-mena mengkafrkan seseorang sedangkan kita tidak mengetahui hati-hati dari orang tersebut.

Mengetahui Tentang Agama Islam. Manfaat yang etrakhir mempelajari sirah adalah mengetahui Islam yang sempurna, sehingga dengan mengetahuinya kita semakin condong untuk senantiasa melaksanakan hukum-hukum yang ada dalam Islam tersebut.

Sebagaimana kta ketahui bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa sallah di utus untuk menyampaikan kebenaran Islam, yang tidak ada agama di sisi Allah selainnya. Allah Taala berfirman:
 
Artinya: " Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam." (QS. al-Imran : 19).

Kemudian yang perlu kita ketahui berkaitan dengan agama Islam itu sendiri, bahwa aga Islam adalah agama yang diridhai oleh Allah Taala dan memiliki hukum-hukum atau aturan-aturan yang sudah sempurna. Sebagaimana Allah berfirman:

Artinya: "Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kusempurnakan kepadamu nikmatKu, dan telah Kuridhoi Islam sebagai agama bagimu." (QS. al-Maidah: 3).

Oleh kareana itu, kita sebagai umat Islam tidak perlu menambah dan tidak perlu menguranginya. Kita diperlukan untuk senantiasa mematuhi apa yang ditentukan dalam hukum Islam itu sendiri dan tetap berpegang teguh padanya.

Sekian pembahasan pada tulisan saat ini, semoga menajdi ilmu yang bermanfaat dan dapat menambahkan keimanan kita kepada Allah Taala dan rasul-Nya, serta semoga menajdi washilah bagi kta untuk senantiasa berada dalam hidayah-Nya.

Wallahu A'lam.

Tsumma, Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun