Perilaku hidup bersih dan sehat di asrama ternyata tidak dilanjutkan ketika mereka berada di tengah-tengah keluarga.
“Mengapa setiap kali seperti harus memulai dari nol,” keluh Eny.
Alumna Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Harapan Bangsa Purwokerto, program profesi ners ini lantas memutar otak. Ia mengupayakan berbagai cara menanamkan PHBS.
Setiap hari Kamis ia mendapat kesempatan bertatap muka dengan para siswa di sekolah. Seringkali Eny membuat tatap muka tersebut dalam bentuk seminar kecil. Misalnya soal bagaimana gosok gigi.
Dalam seminar, bukan dirinya yang bicara, akan tetapi anak-anak kelas 4 yang bicara di depan adik-adik mereka. Sebelumnya Eny memberi materi dan melatih anak-anak kelas 4 tersebut.
Adik-adik kelas akan melatihkan ke adik-adik kelas berikutnya. Demikian seterusnya.
“Dengan cara ini mereka saya latih percaya diri. Selain itu juga belajar dari mengulang. Anak-anak paling cepat belajar dengan mengulang,” tandas Eny.
Kadang kegiatan tersebut dibuat dalam bentuk kemah. Anak-anak diminta ke kampung, mengambil sampah dan mengenali mana sampah basah dan sampah kering.
Sesekali Eny menggunakan metode mewarnai gambar. Anak-anak mewarnai gambar sesuai tema PHBS.
Rambut gundul
Eny mencukur gundul anak laki-laki sekembali ke asrama selepas liburan. Sementara rambut anak-anak perempuan dipotong pendek. Hal ini dilakukan untuk mencegah terbawanya kutu rambut ke asrama dan menjaga kebersihan rambut mereka.