Ryan akan angkat kayu bakar untuk ibunya. Kadang ia juga memasak membantu ibunya.
Pembina kesehatan
Semangat yang terpancar dari anak-anak Suku Amungme yang berjiwa putih bersih itu benar-benar membuat Eny jatuh cinta.
Eny masuk lembah Tsinga di pedalaman Kabupaten Mimika pada tahun 2016. Ketika itu ia datang sebagai tenaga pembina kesehatan melalui Yayasan Generasi Amungme Bangkit (GAB).
Eny mengajarkan bagaimana hidup bersih dan sehat. Dalam perkembangan selanjutnya, tahun 2017 ia juga mengambil kesempatan menjadi pembina kamar. Mendampingi secara lebih intensif 11 anak di asrama, kamar dua.
Bersama anak-anak itu, Eny bukan hanya mengajar, tetapi juga belajar banyak hal.
Menjadi mama bagi anak Amungme
Suatu kali Eny mendapati kelas asuhannya ribut. Mereka semestinya tidur siang. Akan tetapi, sementara anak-anak di ruang lain sudah tenang, anak-anak asuhannya ramai. Ia mendatangi mereka dan meminta mereka berdiri.
Selepas memberitahu kesalahan mereka, hukuman dijatuhkan. Eny memukul tangan mereka satu per satu dengan besi batangan.
“Kalau ibu guru pukul kalian, bukan tangan kalian saja yang sakit, tapi ibu guru punya hati juga sakit,” kata Eny di depan anak-anak Amungme tersebut.
Itu adalah ungkapan spontan. Ia sempat heran, bagaimana ungkapan itu bisa tiba-tiba terkatakan.
Hukuman yang ia jatuhkan ternyata membuat dirinya tidak bisa tidur. Ada rasa bersalah yang mengganggu. Akhirnya Eny memutuskan bahwa besoknya harus meminta maaf pada anak-anak belia tersebut. Dan itulah yang kemudian dia lakukan.
“Katakan pada ibu, kalian anggap seperti siapa ibu guru ini?” tanya Eny pagi itu kepada anak-anak.
“Seperti saya punya mama,” kata sejumlah anak.
“Kalau demikian, peluklah ibu,” ucap Eny.