Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Kemelut di Lembah Bunian, Saran Penting untuk Para Pelintas

1 Juli 2022   14:06 Diperbarui: 9 Juli 2022   00:08 2166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalur sadel Singgalang-Tandikat (Google Earth/Tangkapan layar Dokumentasi pribadi)

Kami—Sutomo Paguci (penulis), Hendri Agustin, Deryanto Limanjaya, dan Khaidir Rahman—tiba di Sadel/Salo Gunung Singgalang dan Tandikat bernama Lembah Bunian pada lewat tengah hari, Sabtu, 18 Juni 2022.

Sadel/Salo adalah sebuah lembah yang menghubungkan Gunung Singgalang 2.877 mdpl dan Gunung Tandikat 2.438 mdpl.

Para pendaki yang hendak melintas kedua gunung ini mau tak mau harus melewati sadel tersebut. Dari jejak yang ada, sangat jarang pendaki melintasi sadel ini.

Penamaan "Lembah Bunian" lekat dengan mitos "Orang Bunian" dalam budaya Minangkabau, Melayu di Sumatera, Kalimantan, dan Malaysia Barat, yakni orang yang menyerupai manusia dan memiliki kemampuan gaib, sehingga hanya dapat dilihat oleh orang tertentu.

Dalam mitos itu, konon, Orang Bunian dipercaya suka menyesatkan manusia di hutan. Orang yang disesatkan itu akan diarahkan ke perkampungan mereka untuk menjadi anggota Orang Bunian, hidup berkeluarga di dunia dalam dimensi berbeda.

Baca juga: Perkenalkan Pendakian Litas Triarga, Sebuah Catatan Pendakian Nonstop 6 Hari 5 Malam

Saat kami melintas di sadel sedang turun hujan. Ini membuat jalur makin tak terlihat, di mana tanah lembah yang basah membuat jalur yang samar-samar menjadi sama sekali tak terlihat.

Dalam keadaan badan basah kuyup, walaupun pakai mantel hujan, dan sisa tenaga yang telah terkuras di etape sebelumnya, kami susah payah menerabas semak belukar yang cukup rapat disertai akar-akar berduri.

Dalam situasi demikian, salah dua yang kami andalkan tinggal insting dan dua GPS, satu untuk merekam jalur dan satu lagi, yang sudah terinstal file gpx track log pendakian tahun 2011, untuk panduan jalur.

Sialnya, GPS Garmin 64s yang berisi file gpx untuk panduan jalur tersebut, track log jalurnya terhapus karena tertindih memori rekaman jalur waktu kami ke puncak Garuda, Gunung Marapi, Rabu, 15 Juni 2022. Tinggal tersisa titik-titik waypointnya saja. Ini kendala klasik GPS jadul yang memorinya terbatas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun