"Nggak, ... itu loh. Bahasa gaul anak-anak medsos kalau mengatakan di luar nalar dengan istilah di luar nurul," jawab Marno.
Ia tidak ingin berterus terang bahwa di luar nalar Marno tidak merasakan istri yang bobotnya hampir dua kali lipat bobot badannya duduk di jok belakang motornya. Apalagi motor yang ia pakai tergolong motor matik ringan. Pikirannya ingin berkumpul dengan teman SMP di pasar malam membuatnya tidak sadar bahwa istrinya yang berbadan tambun itu belum duduk di jok motornya.
Mendengar alasan Marno, Marni memaklumi dan hanya berkomentar.
"Aku kira Nurul siapa."
"Hmm ... enak, Yang?" tanya Marno di tengah-tengah pekerjaannya.
Kedua betis Marni sudah selesai ia pijit. Kali ini naik ke bagian kaki sebelah atas. Pijatan keras dan lembut ia lakukan bergantian.
Karena keenakan dipijit dan diurut, Marni tertidur. Memastikan sang istri terlelap, telapak tangan yang penuh minyak urut ia kibaskan di depan muka Marni. Tidak ada reaksi. Apalagi, mulut istri tercintanya sedikit terbuka. Hal lumrah menandakan seseorang berangsur terlelap tidur.
"Sudah, aku hentikan saja. Percuma juga, tidak dia rasakan," gumam Marno.
Ia segera turun dari tempat tidur dan segera menyambar hape yang sejak tadi dentang-denting, berbunyi karena ada pesan WhatsApp yang masuk.
Pesan yang ia buka adalah pesan pada GWA Alumni SMP tempat Marno belajar setelah ia menamatkan SD dulu.
No ... ke mana kamu? Kami sdh kmpl di dekat bianglala!
"Hmm ... benar 'kan aku ditunggu mereka," kata Marno dalam hati.