"Lalu, ...?" tanya Marno.
"Ya, tak lepasinlah!" Marni mencubit manja lengan sang suami.
"Kupikir dipegangin terus," jawab Marno sambil senyum.
"Ma ... sss!" lebih kencang Marni mencubit lengan kurus sang suami.
"Aduh!" Marno pura-pura merasa sakit.
"Nah, kita kan belum minum. Yuk, kita minum es teh dulu. Tuh, ada penjual yang menyediakan tempat duduk," ajak Marno sambil menunjuk ke depan Toko Baju yang pintu rolingnya tertutup rapat.
Setelah keduanya menikmati es teh, Marno mengumpulkan keberanian untuk bercerita. Karena istrinya sudah menceritakan peristiwa yang membuatnya malu itu, Marno pun memberanikan diri.
"Aku tadi juga salah menggandeng orang," ucap Marno jujur.
Hening. Hanya suara seruput air yang masuk ke sedotan air minum dan kerasnya pengeras suara narator drama pada karnaval.
"Orangnya mirip kamu. Jadi aku gandeng saja, tadinya mau aku ajak ke sini seperti permintaanmu. Badannya juga subur seperti body Ayang. Hanya, ..." Marno berhenti bercerita.
Marni yang mendengar cerita Marno pun berhenti menyeruput es teh yang sudah habis sepatuh lebih.