Cerita mini ini terinspirasi fiksi mini karya mbakyu saya, Budiyanti, berjudul Nonton Karnaval. Di grup RVL (Rumah Virus Literasi) cerita ini saya bagikan. Respon teman-teman, sih, positif. Yang penting tulis saja dulu.
Mirna (Episode 2 Nonton Karnaval Karya Bu Dhian)Â
@fiksi mini
Oleh: PakDSus
Rasa malu yang dirasakan Marni belum juga hilang. Lelaki bertopi hitam  dengan wajah banyak jerawat itu masih kelihatan punggungnya yang makin menjauh. Segera ia mencari Marno, sang suami.
Dada Marni masih berdegup kencang. Antara malu dan kesal bercampur menjadi satu.
"Uh, kenapa Mas Marno terpisah, sih? Aku jadi menggandeng tangan orang. Sudah mukanya menakutkan, hiy ...," gerutu Marni.
Perempuan berbobot hampir 100 kilogram itu bergegas menyusuri jalan. Matanya memindai kerumunan penonton karnaval. Marno tidak kunjung ia temukan. Kemeja putih bergaris hitam yang dikenakan Marno pun tidak ia temukan kelebatnya.
"Mas, kowe di mana, sih?" setengah menangis Marni mencari suaminya.
Mendekati panggung kehormatan, ia melihat lelaki bersisir rapi, mirip suaminya. Baju yang dipakai pun persis. Tidak ingin keliaru untuk kedua kali, Marni memastikan bahwa yang akan ia tegur adalah Marno. Bukan yang lain.
"Mas!" panggil Marni setelah yakin betul bahwa lelaki ceking itu suaminya tersayang.