Aku menatap dalam kedua mata Senja yang kini sempurna berdenting. Tes. Satu demi satu air mata putriku itu jatuh menganak sungai di kedua pipinya. Sungguh, ia amat terharu dengan semua ucapanku, dengan semua ceritaku.
      "Senja, putri kesayangan Ayah, teladanilah perempuan pengagum senja itu. Ya, teladanilah Bundamu nak. Tumbuhlah sebagai perempuan dengan pemahaman akan hidup ini yang baik. Tumbuhlah sebagai perempuan yang tangguh juga tegar. Tumbuhlah sebagai perempuan cerdas yang mampu menginspirasi banyak orang sehingga mereka ikut berkarya dan bergerak bagi bangsa ini. Tumbuhlah sebagai perempuan mandiri yang mengerti dengan baik definisi emansipasi. Esok lusa, jadilah istri dan ibu yang baik bagi keluargamu.", kataku kali ini sembari mendekap erat putri bungsuku itu.     Â
      "Jadi, siapa yang akan Senja ceritakan saat lomba nanti? Cerita apa yang akan Senja bagikan kepada dewan juri?", tanyaku dengan wajah riang.
      "Tentang perempuan pengagum senja Yah.", jawab Senja kali ini mantap membuat perasaan bangga memenuhi batinku.** (RS)
  Â
Cerpen ini meraih Juara 2 Lomba Penulisan Cerpen BEM Sastra Inggris Univ. Gunadharma Tahun 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H