Senja mengiyakan semua kalimatku dengan anggukan kepala. Kedua mata beningnya menatapku tajam. Menjanjikan pemahaman yang baik. Â
      Bagi perempuan itu, hidup yang hidup adalah yang mampu menghidupkan orang lain. Hidup yang baik adalah yang bermanfaat. Demikian besar prinsip dan pemahaman ini ia pegang dalam hati, pikiran, juga tindakannya.
      Sejak di bangku kuliah, perempuan itu telah jatuh hati dengan dunia masyarakat. Dulu, ia sering melakukan banyak kegiatan pembinaan di masyarakat. Ya, ia sangat bahagia ketika dapat menginspirasi juga memotivasi orang lain untuk ikut bergerak membangun negeri ini. Sungguh, perempuan itu menyadari dengan betul bahwa komitmen sosial adalah termasuk salah satu faktor kunci keberhasilan pembangunan sebuah negara. Masyarakat banyak yang jatuh hati dengan semangatnya melakukan pembinaan. Sangat inspiratif.
      "Bagaimana kehidupannya setelah lulus kuliah Yah?" Apakah Ayah masih mengetahui ceritanya? Apakah ia berhasil menjadi menteri seperti yang ia cita-citakan? Apakah ia masih suka menulis?"
      "Seperti pemikiran kebanyakan orang yang mengenalnya, Ayah juga selalu membayangkan perempuan itu akan menjadi seseorang yang besar setelah lulus. Ayah selalu memikirkan perempuan itu akan tetap energik, terus semangat mengejar mimpi-mimpi yang pernah ia ceritakan kepada Ayah.  Setelah lulus, ia memang diterima di salah satu perusahaan nasional terbaik di kota ini. Posisinya di perusahaan itu sangatlah strategis. Ya, perusahaan itu menjanjikan penghasilan yang amat besar serta karier nan cemerlang. Namun, perempuan itu ternyata memilih jalan kebahagiaannya sendiri. Setelah tiga tahun bekerja, perempuan itu justru memutuskan untuk kembali ke dunia kampus, melanjutkan studinya dengan beasiswa dan kemudian memilih menjadi seorang dosen. Sebuah keputusan yang sangat berani dan banyak dipertanyakan oleh orang-orang terdekatnya."
      "Ia menjadi seorang dosen Yah?"
      "Iya nak, disaat takdir memeluk semua mimpi-mimpinya untuk dapat bekerja dengan penghasilan tinggi serta karier cemerlang, perempuan itu justru berdamai dengan mimpi-mimpi besarnya sendiri. Ia memilih bahagia menjadi seorang dosen demi bisa menjalankan peran sebagai seorang perempuan dengan baik, demi bisa memperoleh banyak waktu untuk keluarganya, untuk orang-orang yang dicintainya. Penghasilannya memang tidak sebesar ketika perempuan itu berkarier di dunia industri. Namun, perempuan itu mengaku bahagia dengan pilihan hidupnya tersebut."
      "Itulah perempuan pengagum senja, perempuan yang inspiratif menurut Ayah. Ayah bersyukur dapat mengenalnya dengan sangat baik. Ya, Ayah bersyukur karena Tuhan menjadikan Ayah sebagai seseorang yang selalu dianggapnya penting. Ayah bersyukur karena rasa bahagia juga rasa bangga Ayah bagi perempuan itu sangatlah utama. Ayah bersyukur karena nama Ayah selalu ada di dalam doa-doanya, seringkali hadir sebagai nyawa dalam tulisan-tulisannya. Ayah bahagia karena selalu menjadi tempatnya berbicara mimpi-mimpi ke depan. Tentang semua tulisannya, tentang semua keinginannya. Ayah juga bahagia karena Ayah selalu menjadi tempatnya melepas topeng, tempatnya menangis dan mengaku lelah, sebagaimana perempuan biasa. Ayah bahagia karena menjadi salah satu motivasi terbesarnya selama ini."
      "Ayah jangan menangis!", kata Senja seraya mengusap air mataku yang tanpa kusadari jatuh.
      "Senja, ketahuilah nak, perempuan pengagum senja itu adalah perempuan paling kuat di rumah ini. Perempuan yang tangguh juga tegar itu adalah perempuan yang selalu bangun paling pagi demi bisa menyediakan sarapan bagi kita sebelum dia harus pergi mengajar ke kampus. Perempuan itu adalah perempuan yang rela tidur lebih malam demi menyelesaikan semua pekerjaan kampusnya karena ia harus menamanimu dan kakakmu belajar terlebih dahulu. Perempuan itu adalah perempuan yang selama ini selalu membuat kita merasa bangga dengan tulisan-tulisannya. Perempuan itu adalah perempuan yang cinta di hatinya banyak terbagi untuk mengasihi mereka, untuk memandirikan mereka : masyarakat-masyarakat binaannya."
      "Nak, kalau kau ingin tahu alasan terbesar perempuan itu memilih menjadi seorang dosen, maka jawabannya adalah untuk Ayah, untuk kakakmu, dan untukmu. Ya, alasannya adalah demi memenuhi keinginan Ayah yang bahkan belum pernah Ayah utarakan kepadanya. Demi bisa menjadi istri yang baik untuk Ayah, juga ibu yang baik untuk kalian. Demi bisa memiliki waktu untuk memasak juga menamani kalian belajar dan bermain. Perempuan itu adalah Bunda nak.", kataku kali ini dengan suara bergetar.