Mohon tunggu...
Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Mohon Tunggu... Penulis - Selalu ingin belajar banyak hal untuk dapat dijadikan tulisan yang bermanfaat.

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Percobaan Jahat Menjelang Senja

22 April 2024   16:53 Diperbarui: 22 April 2024   16:55 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lisa termasuk gadis yang sabar. Ia tidak malu ikut membantu berjualan. Teman-teman di sekolahnya banyak yang menjadi pelanggan tetap di warung kami. Bahkan, guru-guru dan staf karyawan di sekolahnya sering mampir ke warung kami.

Setiap pulang sekolah, Lisa segera membawakan makan siang buatku. Ibu yang memasak di rumah. Dengan pembagian tugas seperti itu, kami selalu merasa saling membutuhkan.  

===

"Kakak sedang melamun, ya?" ucap gadis itu.

Dengan cekatan, kulihat Lisa ambil cangkir besar untuk membuat dawet sendiri. Setiap hari selalu begitu.

"Haus betul, Kak, hari ini. Tadi pulang sekolah saya tidak sempat minum di rumah. Habis makan langsung disuruh Ibu ke sini. Takut kakakku yang cantik ini kelaparan," tutur Lisa sambil melirik ke arahku.

"Gombal," ucapku seraya membuka tutup rantang paling atas. Aroma lauk ikan goreng menyeruak. Hidungku benar-benar merasakan kenikmatan. Rasa lapar bertambah kuat. Dengan terburu-buru aku angkat rangtang pertama. Sayur berkuah terlihat menggoda pada rantang yang kedua. Selanjutnya, saya angkat rantang kedua untuk menemukan nasi yang berada pada rantang ketiga.

"Tadi ada lagi laki-laki mata keranjang," tuturku sambil menuangkan sayur pada rantang berisi nasi.

Lisa menatapku agak lama. Cangkir besar berisi es dawet yang dipegangnya ia letakkan di atas kursi. Sementara aku mulai memasukkan nasi ke dalam mulut setelah membaca doa dalam hati.

Adikku sangat marah bila ada laki-laki yang mau kurang ajar kepada diriku. Beberapa kali Lisa membentak-bentak lelaki yang berusaha mau berbuat jahil kepadaku. Awalnya hanya berbicara agak jorok, kemudian berusaha menyentuh tanganku.

Lisa langsung ambil sapu di sudut warung dan mengangkat tinggi-tinggi serta berseru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun