Mohon tunggu...
Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Mohon Tunggu... Penulis - Selalu ingin belajar banyak hal untuk dapat dijadikan tulisan yang bermanfaat.

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Percobaan Jahat Menjelang Senja

22 April 2024   16:53 Diperbarui: 22 April 2024   16:55 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Awas! Jangan sentuh kakakku!" ucap adikku waktu itu.

Lelaki yang akan berbuat usil akhirnya mengurungkan niatnya. Apalagi Lisa berteriak dengan lantang. Para pejalan kaki atau pengendara banyak yang menoleh waktu itu. Lelaki itu pun pergi setelah melemparkan uang seharga minuman es dawet ayu satu porsi.

"Sudah, minum dulu dawetmu!" ucapku setelah mengunyah dan menelan suapan pertama.

Perlahan Lisa meraih cangkirnya. Ujung sedotan plastik segera ditempelkan di bibirnya. Perlahan ia sedot es dawet itu sambil memejamkan mata. Aku tahu betul, Lisa sangat menyukai dawet buatan Ibu. Meskipun setiap hari meminum dawet itu, Lisa tidak pernah merasa bosan.

"Tadi Ibu cerita, stok gula merah tinggal sedikit," tutur Lisa pendek setelah berhenti menyedot es dawet.

"Aku habiskan makanku dulu. Nanti aku yang belanja!"

Lisa mengangguk. Ia paling suka berada di warung melayani pembeli. Dengan gaya bicara yang cerdas, pembeli yang semula hanya ingin membeli satu porsi es dawet ayu, bisa berubah pikiran untuk membeli dua atau tiga porsi untuk dibawa pulang.

Sebelum berangkat belanja gula merah, aku lihat dulu keadaan cuaca. Langit terlihat mendung pekat. Awan hitam menggumpal di sebelah barat. Meskipun begitu udara terasa panas. Dalam hati aku berdoa, semoga masih ada pembeli yang datang.

Pada saat aku keluar dari warung kami, kulihat pedagang di kiri dan kanan kami mulai tutup. Mereka biasa begitu. Jika cuaca mau hujan, mereka segera menutup warungnya. Sebelah kiri adalah pedagang gado-gado. Sebelah kanan penjual sayur segar.

"Kakak tidak lama, khan, beli gula merahnya?" pertanyaan Lisa meluncur.

Aku tersenyum sambil berjalan menuju sepeda motor yang tadi diparkir Lisa. Aku menoleh sebentar ke warung, seolah ada sesuatu yang tertinggal. Kuraba tas tangan untuk memastikan uang untuk belanja sudah terbawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun