Mohon tunggu...
Supriyadi
Supriyadi Mohon Tunggu... Administrasi - ***

***

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perjalanan Arasto

15 Oktober 2022   08:03 Diperbarui: 15 Oktober 2022   08:06 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Arasto berkata, "Jadi, perempuan yg selama ini kau anggap bidadari telah berubah menjadi iblis mengerikan?"

Pemuda menoleh ke arah Arasto dan berkata, "Berkali-kali aku disakiti, tapi aku tetap mencintainya."

Arasto berkata, "Kau bicara soal cinta, Nak? Biar kuberi tau. Cinta telah membutakan matamu. Kau kira cinta itu membebaskan, padahal nyatanya cinta itu membelenggu. Siapapun yg diperbudak oleh cinta, pada hakikatnya dia sedang terpenjara."

Arasto melanjutkan, "Jika cintamu berujung ingin memiliki, maka itu bukan cinta, Nak. Itu ambisi. Kau beruntung ketika perempuanmu meninggalkanmu. Apa kau ingin menguasai badannya di sangkarmu, sementara hatinya dia berikan kepada sangkar yg lain? Setidaknya kepergiannya adalah kejujuran. Bukan kebohongan yg dipertahankan terus-menerus dalam sangkar emasmu."

Mata si pemuda berkaca-kaca mendengar ucapan Arasto, lalu berkata, "Aku telah melakukan dosa besar. Aku lampiaskan kesedihanku dengan berkencan bersama beberapa perempuan yg berbeda-beda.

Aku rayu mereka dengan harta yg kumiliki, agar mereka mau memberikan badan mereka untuk ditukar dengan beberapa keping emasku. Aku sudah melakukannya berkali-kali sampai akhirnya sampai di titik jenuh. Aku ingin kembali kepada Tuhan, tapi sekaligus malu kepada-Nya. Aku sudah banyak melanggar batasan-Nya, apakah Dia mau mengampuniku?"

Arasto tersentuh mendengar cerita si pemuda, lalu menjawab, "Keburukan yg dilakukan orang lain terhadapmu biarlah menjadi keburukannya. Jangan sampai keburukan orang lain terhadapmu mengubahmu menjadi sama buruknya dengan orang itu.

Dosa itu bukan hanya melanggar batasan-batasan-Nya saja. Kau berputus asa dari pengampunan-Nya juga merupakan dosa. Persembahkan semua pengakuan dosamu di altar pengampunan-Nya.

Dulu, di kota Yerikho, ada seorang dari bangsa Israel yg bertugas memungut cukai. Pria itu bernama Zakheus. Orang-orang Yahudi menganggapnya najis, haram jaddah, dan pendosa, karena mengkhianati bangsanya sendiri dengan menjadi kaki tangan Herodes, penjajah Romawi.

Orang-orang Yahudi sangat jijik dengan Zakheus, pengkhianat bangsa yg dengan penuh kesadaran melumuri diri dengan dosa-dosa pemerasan.

Tapi, Yesus putra Maryam mendatangi rumahnya dan makan bersama dengan Zakheus. Orang-orang Yahudi menjadi kesal, mereka menggerutu, "Kenapa Sang Juru Selamat duduk bersama pendosa?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun