Setelah jeda sejenak,Aline menjawab “Re aku ingin bertemu denganmu,aku ada didepan gedungmu”
“Kamu sudah bisa menerima cintaku Al?”
“Re, aku ingin bicara denganmu.Aku tunggu di bawah” Aline mematikan Handphonenya,ia kembali menghubungi Erika dan masih saja belum aktif.
Re menemui Aline dengan keadaan mata merah ,bajunya penuh kerut,beberapa kancingnya tidak terkait .Aline berjalan duluan dan Re menyamai langkahnya ”Al, Kamu harus bisa menerimaku.ORang yang membuat hatimu nyaman sudah tidak ada lagi.”
“Apa.. “ jawab Aline yang tidak mendengar suara Re karena tertutupi suara mobil kencang melaju di jalan.Aline memiringkan kepalanya “Kamu ngomong apa tadi Re?.Mereka tetap jalan beriringan di bahu jalan menuju kafe.
Re memandang ALine terus menerus disetiap langkahnya,sedangkan Aline masih memandang handphonenya coba menghubungi Erika berkali-kali .
“AL… Apakah kamu sudah bisa mencintaiku.ORang yang membuatmu nyaman Erika sudah tidak ada lagi” teriak Re.Kalimat itu menghentikan langkah Aline,”Erika sudah tidak ada lagi ,ia sudah mati Al” Re berlutut didepan Aline,memegang tangannya.
Mata Aline membelalak “Apaaa……jangan-jangan yang jatuh dari atas gedung tadi Erika..Kamu gila Re kamu gilaaaaaaaa……” Aline berteriak sambil menangis tersedu-sedu.
“Apakah kamu sudah bisa mencintaiku sebagai kekasih Al?” Re kembali mengulangipertanyaannya lalu mencium tangan Aline,Airmata Re menempel di punggung telapak tangan.
Prakkk Aline menampar Re,ia mencengkram kemeja Re sambil terisak. “Aku tidak bisa mencintaimu ” Aline kembali menangis dan langsung memutar langkahnya menuju tempat mayat yang jatuh dari gedung.
“Tunggu Al..” Re menarik tangan Aline, “Jika kau tidak bisa mencintaiku maka apa gunanya aku hidup” Re terdengar lelah, mukanya merah dengan airmata yang telah kering membekas di pipi.