"Aku udah bilang gak percaya cinta, dan aku gak menyalahkanmu." ujar Rina.
"Aku mencintaimu, aku berusaha bangkit dan aku berharap kamu itu memberiku kesempatan. Aku percaya sama kamu dan aku yakin sama kamu." ungkap Juna. "Aku gak percaya cinta." sahut Rina lagi.
"Cinta itu ikatan, cinta itu kepercayaan. Aku percaya kamu. Aku sudah merasa lelah untuk mencari cinta, dan kelelahanku berharap berahir untukmu." kata Juna. "Aku gak percaya, itu gak mungkin" jawab Rina.
"Kamu sudah tahu aku, kita sudah lama bersama. Wajar aku menaruh harap dan aku ingin cinta yang berbeda." ucap Juna. "Jun, aku gak bisa." katanya.
"Aku patah hati, aku tahu sakitnya itu. Bagaimana rasanya dibohongi dihianati. Aku tahu itu. Tapi, bukan berarti aku tak percaya cinta. Hanya itu aku salah mencintai." Jelas Juna.
"Tapi, berbeda Jun. Itu tak sama." jawabnya.
"Apanya berbeda?, Cinta itu ikatan. Mengikat, mengikat kepercayaan." ungkap Juna. "Sudah, aku mau pulang." sahut Rina kembali bergegas untuk berdiri.
"Jika kamu terus seperti ini, kamu tidak akan pernah menemukan cinta. dan kamu hanya akan menemukan kebohongan dan perasaan salah tentang cinta." kata Juna. Rina tak bisa berkata apa, tiba-tiba air matanya menetes.
"Rin, kenapa menangis?" tanya Juna
"Maaf, aku duluan Jun." Rina bergegas pulang dengan raut wajah pilu.
Juna merasa bersalah telah membuat kesedihan dihati Rina. Ia selalu kepikiran tentang apa yang telah dialami untuk kedua kalinya bertemu Rina. Semenjak pertemuan itu tidak ada kerengangan lagi diantara mereka. Mereka seperti biasa, dan kembali dekat seperti sebelumnya.