"Kamu itu kan dikit-dikit buat status. FB lah, bbm lah, instagram lah. Macem-macem, galau terus." ungkap Rina. "Ah, kamu kepoin aku aja." ujar Juna.
"Bukan gitu, aku cuma kasian sama kamu, sampai segitunya. Udahlah jangan terlalu dipikirkan." kata Rina mencoba menasehati Juna. "Gimana skripsimu?" Juna mencoba mengalihkan pembicaraan. "Sudah, tinggal dikit aja," kata Rina, dan teman-teman kelasnya mulai masuk dan memulai mata kuliah.
Juna nampak malu-malu menjawab pertanyaan Rina. Juna sebenarnya orang baperan. Dikit-dikit bawa perasaan, padahal lelaki biasanya sulit untuk memunculkan perasaan itu. Tapi, dikit saja galau sudah akan menulisnya pada setiap statusnya. Itu yang membuat Rina menanyakan kegalauannya.
Kegalauan Juna ada sebabnya. Ia telah kehilangan harapan dan kenangan yang telah berlalu dalam kepedihan. Setahun lalu, ia ditinggalkan pacarnya. 10 tahun hubungannya pupus tanpa kepastian. Seperti tak terhenti rasa sakitnya patah hati apalagi pacarnya yang tidak sungkan memamerkan pacar barunya di sosial media.
Betapa terpuruknya perasaan Juna. Seorang lelaki yang setia namun disaat sayang-sayangnya harus menerima kenyataan pahit. Kadang, itulah yang membuatnya menjadi malas. Bahkan, hampir saja ia harus meninggalkan studinya yang sedikit lagi harus dirampungkannya.
Sudah selesai matakuliah, semua teman kelas Juna mulai pulang. Tinggal Juna dan Rina yang masih berada di ruangan kelas sebentar akan pulang.
"Rin kamu kemana?" Tanya Juna
"Aku mau pulang." sahut Rina
"Jangan dulu pulang, ada waktu ngobrol sama aku kan, Rin?. Tanya Juna mencoba mengajak Rina. "Boleh, tapi sebentar ya. Aku ada perlu di rumah nanti siang." Jawabnya.
Mereka berdua ngobrol menuju Taman. Ada meja bulat dan kursi kayu di bawah pohon cempaka. Siang yang terik nampak cukup teduh untuk mereka berdua.
"Aku boleh ngomong sesuatu gak?, Kata Juna. "Kamu mau ngomong apa?, Kamu kok jadi serius gini." Rina berusaha mencairkan suasana. "Bukan begitu Rin, aku cuma ingin ngomong sesuatu sama kamu." kata Juna.