"Apa?" jawabnya.
"Eee...gini." Juna berusaha mengatakannya.
"Kamu kalau bicara, ya bicara aja. Gak apa kok." ujar Rina. "Aku suka sama kamu Rin, kamu mau jadi pacar aku.?" tanya Juna yakin dan wajah berseri kemerahan.
"Udah?, Aku pulang. Sori." jawab Rina meninggalkan Juna sendiri.
Juna tak sanggup berkata apa. Rasanya begitu bergetar. Bercampur kecewa, malu, sedih. Apa yang dipikirkan pagi-pagi begitu indah dengan bangun pagi, berangkat dari pagi malah ahirnya harus menerima kenyataan pahit yang menyakitkan.
Ahirnya Juna harus pulang dan menerima kenyataan pahit. Tak ada aktivitas pagi yang cerah bagi Juna kali ini. Rasa patah hati yang ditinggal pergi, tersambung rasa perih yang ditolak mentah-mentah oleh Rina. Apalagi Rina selalu menjauh setelahnya membuat Juna begitu malu dan kecewa ketika saling bertemu.
Tak ada hari-hari cerah lagi bagi Juna. Saat mencoba untuk bangkit dari kegagalan malah harus mengalami kegagalan. Apalagi dijauhi, dan sering juga dihindari oleh Rina cukup menyakitkan bagi Juna.
Saat Rina sendiri, dan duduk di bawah pohon cempaka. Di tempat dimana Juna menyatakan perasaanya dulu pada Rina yang ditolak mentah-mentah. Ia mencoba menghampiri, meskipun rasa malu dan kecewa bergejolak. Namun, langkahnya harus ia paksa mendekati Rina.
"Ngapaen kemari kamu?" Tanya Rina memekik
"Maaf Rin, aku hanya ingin meminta maaf." sahut Juna menunduk.
"Sudahlah, lupakan. Aku mau pulang" kata Rina.