Zaid teliti sekali dalam menjalankan tugas dan tidak pula menyuruh orang lain melakukannya. Akan tetapi akhirnya, Zaid mngikuti tugas ke- hendak Abu Bakar dan Umar, karena sangat mendesak. Zaid bin Thabit berusaha sungguh-sungguh mengumpulkan surah-surah dan bagian- bagiannya dari segenap penjuru sahabat dan mengumpulkan sumber- sumber teks dan tulisan wahyu dari berbagai medium yang masih berserakan disimpan sahabat. Ada yang ditulis pada daun-daunan, di atas batu putih, tulang kambing dan unta dan ditulis pada kulit, serta menyempurnakan dengan hafalan.
Usaha Zaid ini mengawali proses melakukan penulisan nash-nash Al-Qur'an selama dua atau tiga tahun terus-menerus, mengumpulkan semua bahan serta menyusun kembali (mengklasifikasi) seperti penghafalan secara sistematis sebagaimana dilakukan Rasulullah, sebagai- mana yang ada sekarang ini, atau mengikuti sistematika dan skematika pembacaan Zaid sendiri dalam membaca Qur'an di hadapan Rasulullah Muhammad.Â
Sesudah naskah pertama lengkap adanya, oleh Umar dipercayakan kepada Hafsha untuk menyimpannya. Hafsha adalah putrinya dan istri Nabi.
Kitab yang sudah dihimpun oleh Zaid ini tetap berlaku selama Khalifah Umar, sebagai teks yang autentik, orisinal, dan sah. Tetapi ke- mudian terjadi kesulitan mengenai cara membaca, yang timbul baik karena tanpa harakat pada naskah Zaid, tatkala akan dilakukan penya- linan. Ali bin Abi Thalib memberikan dasar-dasar pembacaan dan memberi tanda baca, sehingga lengkap sempurna.
- Pada Zaman Sahabat (Mushaf Usman)
Karena umat semakin banyak dan meluas menyebar jauh, terjadi perselisihan dalam pembacaan dan penghafalan baca Al-Qur'an. Akibat perbedaan ini Umar merasa gelisah sekali. Kemudian Khalifah Umar meminta agar Usman turun tangan. "Supaya jangan ada lagi orang ber- selisih tentang bacaan kitab mereka sendiri seperti orang-orang Yahudi dan Nasrani."Â
Sesudah itu dilakukan penyalinan pada masa Khalifah Usman, untuk menghindarkan bahaya karena perselisihan. Zaid binThabit dimintai bantuannya menjadi sumber pokok penulisan dengan diperkuat oleh tiga orang dari Quraisy. Naskah pertama yang ada di ta ngan Hafsha lalu dibawa, dan cara membaca yang berbeda-beda dari seluruh persemakmuran Islam itu pun dikemukakan, lalu semuanya diperiksa kembali dengan ketelitian yang luar biasa, dengan dikuatkan oleh kesaksian-kesaksian secara terbuka.
Tatkala Zaid berbeda pendapat dengan ketiga sahabatnya dari Qu- raisy, ia lebih condong pada suara mereka mengingat turunnya wahyu dengan menurut logat Quraisy, meskipun dikatakan wahyu itu ditu- runkan dengan tujuh dialek Arab yang bermacam-macam. Selesai di. himpun, naskah-naskah menurut Qur'an ini lalu dikirimkan ke seluruh kota persekemakmuran.Â
Manakala ada naskah-naskah yang tidak ber- dialek Arab Qurasy, dikumpulkan atas perintah khalifah lalu dibakar. Naskah yang berlaku adalah naskah dengan dialek harakat sebagaimana akurasi yang disaksikan para sahabat dari Rasulullah. Adapun naskah asli, yang pertama dikembalikan kepada Hafsha (Manna al-Qothon, 1976)
Maka yang sampai kepada kita adalah mushaf Usman. Begitu cer- mat pemeliharaan atas Qur'an itu, sehingga hampir tidak kita dapati -bahkan memang tidak kita dapati perbedaan apa pun dari naskah- naskah yang tak terbilang banyaknya, yang tersebar ke seluruh penjuru dunia Islam yang luas itu.
Naskah Al-Qur'an yang satu itu juga yang selalu tetap menjadi Qur'an bagi semuanya. Demikianlah, Islam yang hanya mengenal satu kitab itu ialah bukti yang nyata sekali, bahwa apa yang ada di depan kita sekarang ini tidak lain adalah teks yang telah dihimpun atas pe rintah Khalifah Umar dan penyalinan dalam jumlah banyak berdasar petunjuk Khalifah Usman bin Affan.Â
Bahkan di seluruh dunia ini tidak ada satu kitab pun selain Qur'an yang sampai dua belas abad lamanya tetap lengkap dengan teks yang begitu murni, akurat, valid, autentik, skematis, sistematis, serta disusun penuh cermat dan kamilah. Adanya cara membaca yang berbeda-beda itu sedikit menimbulkan keheranan bagi kalangan umat yang sudah menyebar dalam berbagai kawasan dan pengaruh tradisi. Perbedaan ini kebanyakannya terbatas hanya pada cara mengucapkan huruf hidup saja.