Tapi bagi para pendukungnya, sosok tukang kayu yang tak lagi biasa ini adalah pemimpin yang ter atau paling...baik, berprestasi, bersih, jujur tanpa noda. Sampai-sampai ada yang lantang berkata, akan tetap mendukung terus ke anaknya bahkan hingga ke cucunya jika usianya memungkinkan.Â
Betapa dahsyat kealiman dan tesis orang baik yang tetap dianggap melekat pada tukang kayu yang tak lagi biasa ini. Apalagi setelah diketahui bahwa perkakas pertukangannya tidak lagi sekadar untuk mendesain bahan mentah kayu menjadi mebel, melainkan sudah mampu mencari sendiri bahan bakunya dengan menebang pohon beringin.Â
Demikianlah kisah penebang pohon alim di negeri demokrasi. Kisah yang dikembalikan pada pembacanya untuk menebak atau menduga sendiri, yang kebenarannya terbiasa akan terungkap di masa depan tentang siapa dalam konteks demokrasi, orang yang keimanannya luntur dalam sekejap oleh kompensasi uang di bawah bantal.Â
Di akhir cerita, satu hal yang harus tetap diingat dan digaungkan terus-menerus bahwa sejarah tak akan pernah membungkam tentang dia, yang menjadi inspirator bagi rakyat kecil untuk berani bercita-cita setinggi langit.Â
Sebab dirinya merupakan bukti Presiden yang lahir bukan dari elite Jakarta, tidak berasal dari keluarga darah biru politik di Indonesia, bukan dari kalangan berpangkat atau pejabat. Bukan dari negarawan apalagi bangsawan.Â
Dia hadir sebagai orang biasa, dari keluarga tukang kayu yang menjadi luar biasa karena mendapat kesempatan di negeri demokrasi, yang memungkinkan hal tersebut bisa terwujud.Â
Jadi dia mewakili harapan, kebanggaan, dan optimisme terhadap demokrasi bagi siapaun rakyat kecil yang punya cita-cita ingin menjadi pemimpin bangsa di negeri demokrasi.Â
Referensi