Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Melawan Stunting ala Badan Gizi Nasional

19 Oktober 2024   01:04 Diperbarui: 19 Oktober 2024   02:19 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana (Sumber: CNNIndonesia.com)

Optimalisasi potensi pangan lokal bisa mendukung gizi masyarakat sekaligus melestarikan ekosistem dan budaya pangan yang ada. Badan Gizi Nasional memiliki tanggung jawab dalam memastikan bahwa komunitas lokal memiliki akses terhadap informasi dan teknologi untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas pangan yang beragam, seperti jagung, singkong, kacang-kacangan, dan sayuran lokal.

Dalam program Makan Bergizi Gratis, pangan lokal harus diutamakan sebagai solusi untuk menyediakan makanan bergizi bagi anak-anak dan ibu hamil di daerah-daerah rentan stunting. 

Program ini berfungsi sebagai mekanisme untuk mengurangi ketergantungan pada pangan impor, sekaligus memanfaatkan kekayaan biodiversitas yang dimiliki Indonesia untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat yang lebih holistik.

Selain itu, Badan Gizi Nasional juga perlu berkolaborasi dengan pemerintah daerah dan para petani lokal dalam merancang kebijakan yang dapat mendukung peningkatan produksi pangan lokal yang beragam. Hal ini termasuk penyediaan subsidi untuk bibit unggul lokal, pendampingan teknologi pertanian, serta pengelolaan lahan yang ramah lingkungan untuk menjaga kelestarian alam sambil meningkatkan hasil panen. 

Pengelolaan sektor hulu yang berbasis ekosistem dapat membantu menjaga keberlanjutan pangan lokal yang kaya nutrisi dan efektif mengurangi angka stunting yang masih tinggi.

Dalam konteks ini, Badan Gizi Nasional juga bisa menginisiasi program edukasi gizi kepada masyarakat tentang pentingnya mengonsumsi pangan lokal yang kaya akan nutrisi untuk mendukung pertumbuhan optimal anak. Edukasi ini penting untuk memberikan pengetahuan bahwa keberagaman pangan lokal juga mampu memberikan kontribusi signifikan dalam diversifikasi pola makan masyarakat. 

Melalui edukasi yang tepat, Badan Gizi dapat mendorong perubahan perilaku konsumsi masyarakat yang sering kali lebih cenderung pada pangan olahan atau produk impor, yang belum tentu memenuhi standar gizi seimbang.

Dengan mendorong produksi dan konsumsi pangan lokal yang lebih variatif dan bergizi, pemerintah dapat menciptakan ekosistem pangan yang lebih kuat, baik dari aspek ekonomi, lingkungan, maupun kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, menjaga keberagaman pangan lokal merupakan salah satu elemen strategis dalam ekosistem hulu yang sangat relevan untuk menurunkan stunting di Indonesia. 

Kekayaan sumber daya alam dan budaya pangan yang beragam di berbagai daerah memiliki potensi besar untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Upaya Badan Gizi Nasional dalam menjaga dan memanfaatkan keberagaman pangan lokal ini berperan penting dalam menciptakan ekosistem pangan yang berkelanjutan, sekaligus mengatasi masalah gizi buruk yang menjadi penyebab utama stunting.

Bahan pangan seperti serealia, kacang-kacangan, buah-buahan, dan sayuran dapat menjadi solusi yang efektif dalam memenuhi kebutuhan gizi mikro dan makro yang diperlukan untuk pertumbuhan anak. Dengan keberagaman pangan tersebut,  pemerintah dapat mendorong konsumsi makanan yang kaya nutrisi di tingkat lokal, sekaligus mengurangi ketergantungan pada satu atau dua jenis bahan pangan pokok yang terbatas kandungan gizinya.

Pola diversifikasi pangan lokal juga akan membantu mengurangi risiko gizi buruk yang disebabkan oleh ketergantungan pada sumber pangan tunggal. Pada titik ini pemerintah bisa meningkatkan kesejahteraan petani kecil dengan memberikan insentif dan dukungan bagi petani lokal yang memproduksi berbagai jenis bahan pangan lokal yang bernilai gizi tinggi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun