Pasar rakyat ini semacam tanah lapang yang berada di tengah-tengah bangunan pertokoan yang formasinya berbentuk kotak. Pasar ini sehari-harinya adalah tempat warga berjualan kebutuhan pokok.
Namun, untuk momen-momen penting seperti perayaan 17 Agustus pasar rakyat menjadi tempat yang ditunjuk oleh kecamatan sebagai pusat kegiatan, mulai dari upacara, pertandingan, karnaval, dan kegiatan lainnya. Acara karnaval baju adat ini sendiri diagendakan sore hari.
Kami sudah bersiap-siap sejak jam 2 siang. Guru-guru pendamping, perias pakaian adat, orang tua sudah berkumpul untuk menyaksikan anak-anaknya dirias dalam berbagai macam baju adat. Saya sendiri dirias oleh ibu sendiri.
Setelah mengenakan celana dan baju, dipasanglah sarung dengan cara diikat samping. Di pinggang sebelah kiri dipasang sebilah supi (pisau orang Bugis) dengan posisi menghadap ke depan. Setelah semua terpasang, terakhir baru pemasangan topi di kepala.
Selesai sudah saya dirias oleh ibu dengan baju adat Bugis. Kini tinggal menunggu pasangan saya yang sedang dirias dengan baju bodo yang kayak dengan aksesoris dan pernak-perniknya.
Saya dan beberapa teman yang sudah selesai dirias hanya menunggu di dalam ruang tamu sambil mengamati orang-orang yang lalu lalang di depan rumah.
Akhirnya semua anggota kelompok perempuan selesai dirias juga. Kami diatur untuk berdiri dengan pasangan masing-masing dalam formasi kelompok seperti dalam latihan.
Dari situ saya bisa melihat banyak macam pakaian adat yang dikenakan oleh teman-teman. Warnanya bervariasi, bentuk pakaiannya juga tidak seperti biasa yang dilihat sehari-hari.
Saya sendiri melihat pasangan saya dengan takjub karena baju bodo yang dikenakannya warnanya sangat cerah dengan perhiasan di mana-mana.
Tibalah giliran kami keluar satu per satu dari ruang tamu menuju halaman untuk menunggu waktu pertunjukan tiba.
Begitu tiba waktunya untuk berangkat, guru pendamping langsung memberikan aba-aba kepada kami untuk begerak pelan-pelan menuju ke jalan raya sebagai pusat pertunjukannya.