Mohon tunggu...
Sulfiza Ariska
Sulfiza Ariska Mohon Tunggu... Penulis - Halo, saudara-saudara sedunia. Apa kabarmu? Semoga kebaikan selalu menyertai KITA.

Penulis penuh waktu. Lahir di Sumatera Barat dan berkarya di Yogya. Emerging Writer "Ubud Writers and Readers Festival" ke-11. E-mail: sulfiza.ariska@gmail.com IG: @sulfiza_indonesia Twitter: Sulfiza_A

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Revitalisasi Bumi Teater di Era Revolusi Industri 4.0

22 November 2019   23:21 Diperbarui: 25 November 2019   06:39 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pementasan Anggun Nan Tongga karya dan sutradara Wisran Hadi di Taman Ismalil Marzuki Jakarta pada 1994. (Foto: Dok. Bumi)

Para praktisi teater bisa membentuk tim yang menghasilkan produk konten digital dan memasarkannya. Dengan ratusan anggota/pengurus teater yang bisa diberdayakan untuk memviralkan, konten tersebut akan cepat memiliki nilai ekonomi. Dengan jalan ini, perusahaan media digital tersebut akan tertarik untuk menjadikan kita sebagai 'influlencer" berbayar. Pendapatan tersebut bisa dijadikan modal untuk menyalakan api seni akan tetap mengalir dan eksistensi teater tetap bisa terjaga, serta praktisi teater bisa hidup layak. Selain upaya tersebut, praktisi teater bisa menjalani profesi lain yang bisa mendukung keamanan finansial, sambil terus menghasilkan karya-karya kreatif di bidang teater.

Parade Teater Naskah Wisran Hadi. Sumber: jendelasastra.com
Parade Teater Naskah Wisran Hadi. Sumber: jendelasastra.com
Pengurus dan anggota Bumi Teater ataupun BUMI (teater, senirupa, sastra) perlu lebih aktif untuk "branding" dan melebarkan "networking" untuk memperluas jangkauan karya. Upaya ini bisa dilakukan dengan mengoptimalkan fungsi media sosial. Informasi mengnai BUMI harus "update" minimal satu konten per hari. Melalui jalan ini, masyarakat dunia virtual mengenal Bumi Teater dan tetap bisa meneguhkan eksistensi teater dalam bentuk pementasan sesuai dengan standar ideal teater.  

Selain itu, sosialisasi dan edukasi urgensi teater perlu terus dikembangkan. Di mana teater memiliki korelasi dengan bidang ilmu-ilmu lainnya--termasuk medis, psikologi, politik, sejarah, sosiologi, dan antropologi--dan memengaruhi perkembangan peradaban modern. Agar masyarakat memahami bahwa teater bukan semata hiburan, tetapi transfer ilmu pengetahuan atau dialog yang disampaikan dengan indah, sehingga membangun kesadaran untuk mewujudkan kemanusiaan.   

Misalnya, kita bisa mengenalkan sosok dramawan Vaclav Havel yang mampu meruntuhkan tirani rejim komunis Cekoslovakia. Berkat teater, Vaclav Havel membangkitkan perlawanan rakyat Cekoslovakia dan menggerakkan Revolusi Beludru atau revolusi tanpa kekerasan dan tetes darah. Dari panggung teater menebarkan amunisi kebangkitan bagi rakyat Cekoslovakia yang ditindas rejim komunis selama empat dekade. Dari panggung teater pula, Vaclav Havel melangkah menuju Istana Presiden dan menjadi presiden yang dicintai rakyatnya sepanjang hidupnya. Semuanya dicapai Vaclav Havel berkat kekuatan teater!       

Vaclav Havel. Sumber: vaclavhavel.cz
Vaclav Havel. Sumber: vaclavhavel.cz
Vaclav Havel bersama rakyatnya. Sumber: vaclavhavel.cz
Vaclav Havel bersama rakyatnya. Sumber: vaclavhavel.cz
Dengan upaya-upaya tersebut, teater khususnya Bumi Teater, memiliki eksistensi yang kuat dan menjadi sumber inspirasi dalam mewujudkan kebebasan finansial berbasis seni. Teater tidak lagi dianggap 'tidak penting' atau alternatif huburan, tetapi sebagai jalan untuk hidup memelihara kemanusiaan dan 'menghidupkan kehidupan'. Praktisi teater pun akan terhindar dari kesulitan ekonomi dan tetap produktif menghasilkan karya-karya teater. Dengan jalan inilah, kita bisa mempertahankan tempat terhormat teater di Era Revolusi Industri 4.0.

Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa teater memiliki tempat yang terhormat dalam peradaban masa lampau. Mulai dari Yunani Kuno, Romawi Klasik, dan juga Indonesia Era Pra Kemerdekaan. Teater memiliki fungsi yang sangat besar dalam memelihara ikatan komunal, membentuk memori kolektif, dan meneguhkan integrasi sebuah bangsa. 

Dengan demikian, eksistensi teater harus dilestarikan dan dipertahankan. Musnahnya teater berarti musnahnya salah satu kekayaan budaya Indonesia yang bernilai tinggi.   

Agar eksistensi teater tetap terjaga; perlu adanya upaya untuk 'menjual' teater atau menghasilkan produk bernilai ekonomi dari keahlian teater. Upaya ini menghadirkan konsekwensi bagi praktisi teater untuk mengkaji marketing, teknologi digital, dan industri.  

Praktisi teater tidak perlu merasa malu untuk 'menjual' keahlian teater. Justru kita semestinya harus malu bila tidak bisa mempertahankan eksistensi teater---membiarkan teater timbul-tenggelam, redup, dan padam---atau tidak bisa berbuat banyak ketika muncul praktisi (anggota/pengurus) teater yang menderita kesulitan ekonomi. Dengan demikian, kita bisa kita wujudkan keselarasan bagi praktisi seni (seniman) untuk sukses finansial dan sukses berkesenian (berteater).   

Selain itu, edukasi/sosialisasi yang meningkatkan urgensi teater. Agar teater semakin dikenal dan dicintai masyarakat, serta menjadi bagian dari daya perubahan untuk mewujudkan peradaban yang lebih maju, beradab, dan bermartabat.  

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun