Unsur Intrinsik
A. Tema
Petualangan Zahra mencari Ayahnya
B. Tokoh dan karakter
1. Hamid Jalaludin (Abah)
a. Karismatik : “Hadirnya Abah Hamid, tokoh agama yang karismatik, membuat agenda itu kembali dilirik”
b. Bersimpati: “nenek kandung Ayah membawanya ke pengajian.Berharap ada orang kampung yang bersimpati dan mengambil bayi itu”.
c. Dihormati : “Abah adalah tokoh yang amat dihormati di Batu Luhur”.
d. Taat agama : “Sejak muda, Abah sudah ingin mengabdikan diri pada misi syiar agama”.
2. Firas (Ayah)
a. Cerdas : “Ayah melewati masa sekolahnya dari satu beasiswa ke beasiswa lain. Puncaknya, ia diterima di Fakultas MIPA Institut Pertanian Bogor tanpa tes”.
b. Teguh pendirian : “Keteguhan Ayah memilih Ibu dan dukungan warga Batu Luhur, akhirnya memaksa Abah dan Umi menyerah”.
“Ibu berusaha mendorong agar aku dimasukan ke SD.Namun,untuk urusan itu,Ayah bergeming bagai batu”.
c. Obsesif : “Kegilaannya pada fungi. Ayah selalu mencintai Biologi, tapi Mikologi-lah yang sanggup membakar semangatnya dengan bara yang tak kenal padam”.
d. Berdedikasi : “Orang semakin respek kepada ayah karena dedikasinya terhadap penelitian”.
e. Bertanggung jawab : “Dengan seabrek kegiatannya, tak pernah ia absen mengajarku, membacakan certa setiap malam, dan mengantar-jeput Ibu”.
f. Jujur : “Ayah memang tidak pernah mau bohong kepadaku. Meski kadang berat untuknya juju”
3. Zahra
a. Ambisius : “Peristiwa yang keduanya apa, Yah? Apa?” tanyaku tak sabar.
b. Suka Menduga/Teoritis: “ Dugaanku,itu adalah Brachiosaurus serdawa setelah kenyang makan dedaunan,Atau sekelompok Anyklosaurus sedang adu ekor.”
c. Haus akan ilmu : “Di mana ada hamparan seperti itu, Yah?”. Ayah tau dari mana ?”
d. Cerdas : “Zahra siap diuji di sekolah mana saja dan saya yakin dia lebih pintar daripada guru-gurunya”.
e. Nekat : “Kenapa kamu nekat pasang badan? Harusnya saya yang ambil posisi itu. Kata Paul”.
f. Setia kawan : “Aku hadir disetiap pertandingan. Berteriak dan bersorak paling keras. Bukan karena membela almamater. Aku hadir menemani Koso seorang”.
g. Giat : “Aku belajar dengan giat. Sejenak aku melupakan jurnal-jurnal Ayah. Sebagai pengganti, aku membaca kamu bahasa Inggris setiap malam”.
4. Aisyah (ibu)
a. Peduli : “Jangan sampai gara-gara kamu yang hancur, anak-anak kita jadi korban”.
b. Taat Agama : “Tanpa alpa, kecuali jika sedang datang bulan, Ibu salat lima waktu, menjalankan puasa setiap Senin dan Kamis”.
c. Tangguh : “Tak jarang Ibu memasak sambil menggendong Hara dalam balutan kain di tubuhnya”.
”Hidup ibu sepenuhnya untuk keluarga. Kami tidak pernah punya pembantu. Ibu mengurus segalanya dengan baik”.
5. Hara
a. Dewasa : “Saat seperti inilah adik kecilku menunjukkan kedewasaannya yang jauh melampaui usianya”.
b. Penyang : Ada tangan mungil yang kemudian membantuku bangkit. Hara”.
c. Tabah : “Karena itulah,adiku begitu tabah menghadapi tempaan demi tempaan yang menerjangnya di usia muda”.
6. Kosoluchukwu (Koso)
a. Ramah “Berbondong-bondong mereka datangke ladang,mengintipi Koso yang tersenyum ramah memampangkan giginya yang putih susu kepada mereka semua”.
b. Pengkhianat : “Berbondong-bondong mereka datangke ladang,mengintipi Koso yang tersenyum ramah memampangkan giginya yang putih susu kepada mereka semua”.
c. Diseleksia : “Kosoluchkwu itu desleksia. Kamu tahu itu apa?itu kelainan otak Zarah. Kosoluchkwu punya kesulitan membaca dan mengingat”
7. Storm
a. Tampan dan kekanakan : “Wajahnya yang tampan dan kekanakan dibingkai rambut ikal emas kecoklatan dengan gradasi warna tumpang tindih yang alami”.
b. Sopan dan : “Dengan sopan dan manis Strom mengajakku singgah ke apartemennya”.
c. Romantis : “Oh don’t cry. Strom menidurkan muka ku diatas dadanya, seperti menyambut bayi yang rindu ibu”. “ Breakfast is ready Strom mengecup keningku”.
d. Perhatian : “Strom berlutut disamping tempat tidur, membelai rambutku lembut. Dengan hati-hati di tariknya selimut, menutupi tubuhku agar tidak masuk angin”.
e. Pengkhianat : “Meski mulut mereka bolak-balik bicara tentang cinta dan kasih sayang, yang kurasa detik ini sebaliknya. Mereka telah menikamku”
”Bagaimana Strom sering mendaratkan tatapan kepada Koso satu-dua detik lebih lama dari seharusnya”.
8. Zach
a. Ceria : “Zach menjabat tanganku, “ welcome to the family, Zarah.” suaranya ringan, ceria”’
C.Latar (Setting)
1. Latar tempat
a. Pinggir Kota Bogor : “Kami tinggal di pinggir Kota Bogor, dekat sebuah kampung kecil bernama Batu Luhur “
b. Bukit Jambul : “Inilah kontak terdekat ku dengan Bukit Jambul, tak pernah kubayangkan akan memasuki perutnya”
c. Ruang kerja Ayah : “Pagi itu ia mengajakku masuk ke ruang kerjanya. Satu-satunya ruangan yang tidak pernah di tersentuh ibu dan keapikannya yang super”
d. Ladang : “Berbondong-bondong mereka datangke ladang,mengintipi Koso yang tersenyum ramah memampangkan giginya yang putih susu kepada mereka semua”
e. Di Sekolah : “Ibu memilihkan sekolah swasta terkenal yang punya jenjang lengkap dari SD sampai SMA... Kami datang kesana tanpa selembar pun rapor atau ijazah. Sang kepala sekolah, pria berpeci dan bersafari narcis Pak Yusuf, terlongo-longo ketika Ibu bilang aku tak pernah sekolah sebelumnya”.
f. Di ruang kelas : “Miss Zarah, suara anak perempuan mengusik. Mengingatkanku bahwa aku sedang berada di ruang kelas bersama murid-muridku”
g. Di koridor sekolah : “Di koridor sekolah hari itu, aku berpapasan dengan Bu Karttika. Mata kami beradu. Kami sama-sama tahu. Hari itu adalah hari kemenanganku”.
h. Pesawat : “Sepanjang perjalanan pesawat hampir selalu jidatku menempel dikaca jendela”
i. Pangkalan Bun : “Pesawat kami tiba di Pangkalan Bun sekitar pukul sebelas waktu setempat”
j. Sungai Sekonyer : “Warna air yang mengeruh. Pertanda kami telah tiba di Sungai Sekonyer”
k. Di Tanjung Harapan : “Kami tiba di Tanjung Harapan, Desa Sei Sekonyer... Terlihat bisnis homestay di Tanjung Harapan sedang tumbuh”.
l. Pondok Tanggui : “Pertanyaan itu baru terwajab ketika kami sudah siap toba di Pondok Tanggui”
m. Rumah pusat edukasi : “Aku menemuinya di rumah pusat edukasi”
n. Rumah besar kawasan elite Kota Bogor : “Berbekal alamat dari Hara, aku tiba di rumah itu. Rumah besar di kawasan elite Kota Bogor”
0. Di London : “Aku menadarat di Bandara Heathrow pagi hari bulan oktober. Dataran Inggris sudah memasuki awal musim dingin”.
p. Restoran Italia : “Aku dan Strom makan malam di restoran Italia kesayangannya di Soho”
2. Latar waktu
a. 1991-1996
b. Dini hari : “Dini hari aku berjalan kaki kesana supaya sepedaku tak mengundang kecurigaan warga”
c. Siang : “Iseng ku gerogoti jam tangan yang tersimpan dikantong ransel, dan terkejutlah aku. Setengah dua belas siang?”
d. Hari minggu : Pada satu Minggu, satu-satunya hari kosongku, aku berangkat ke Bukit Jambu.
e. Pagi : “Esok paginya Aku dibangunkan oleh suara owa yang bersahut-sahutan bercampur tenggeret yang memekakkan hutan”
f. Sore : “Sore-sore, petugas kamp membawaku menemui Ibu Inga yang baru saja sampai di Tanjung Punting dan belum sempat beristirahat dari perjalanan panjangnya”
g. Menjelang malam : “Esok harinya, aku baru pulang menjelang malam”.
3. Latar suasana
a. Menyentuh : “Sambil mengusap air matanya. Ibu membelai rambutku. Maaf zarah ibu Cuma kesal. Ibu nggak serius ngomong begitu. Kamu temani Hara, ya? Ibu mau baringan dulu”.
“Melihat bungkusan itu ada di dekatnya, Ibu langsung berbalik memunggungi sambil terus meraung”
b. Hening : “hening cukup lama mengapung diruangan hingga akhir dipecah seruan Umi, “Subhanallah!”.
b. Menegangkan : Pokoknya kalu sampai ada apa-apa dengan kehamilan-ku, itu pasti salah kamu! Teriak ibu. Ayah membanting pintu. Tak lama terdengar bunyi kayuhan sepeda. Ia akan menghilang lagi”.
“Tinggal aku sendirian, tegang menanti di luar kamar, berdebar menunggu suara tangisan bayi mungi dari dalam sana”
c. Mencekam : “Bulu kudukku meremang. Ucapannya membuatku bergidik. Bersamaan dengan itu aku tahu suaranya telah menjauh lebih dari sepuluh langkah. Bersamaan dengan itu pula lampu senter padam”.
d. Penuh amarah : “Muka Abah merah padam. Ia benar-benar marah. Hari ini kamu benar-benat mencorang muka Abah. Malu Abah punya cucu kafit. Tukasnya”.
e. Menyenangkan : “Rasa bingung tentang asal muasal fotoku bisa ikut kompetisi perlahantersaingi oleh rasa bangga dan bahagia”.
Unsur Intrinsik
A. Tema
Petualangan Zahra mencari Ayahnya
B. Tokoh dan karakter
1. Hamid Jalaludin (Abah)
a. Karismatik : “Hadirnya Abah Hamid, tokoh agama yang karismatik, membuat agenda itu kembali dilirik”
b. Bersimpati: “nenek kandung Ayah membawanya ke pengajian.Berharap ada orang kampung yang bersimpati dan mengambil bayi itu”.
c. Dihormati : “Abah adalah tokoh yang amat dihormati di Batu Luhur”.
d. Taat agama : “Sejak muda, Abah sudah ingin mengabdikan diri pada misi syiar agama”.
2. Firas (Ayah)
a. Cerdas : “Ayah melewati masa sekolahnya dari satu beasiswa ke beasiswa lain. Puncaknya, ia diterima di Fakultas MIPA Institut Pertanian Bogor tanpa tes”.
b. Teguh pendirian : “Keteguhan Ayah memilih Ibu dan dukungan warga Batu Luhur, akhirnya memaksa Abah dan Umi menyerah”.
“Ibu berusaha mendorong agar aku dimasukan ke SD.Namun,untuk urusan itu,Ayah bergeming bagai batu”.
c. Obsesif : “Kegilaannya pada fungi. Ayah selalu mencintai Biologi, tapi Mikologi-lah yang sanggup membakar semangatnya dengan bara yang tak kenal padam”.
d. Berdedikasi : “Orang semakin respek kepada ayah karena dedikasinya terhadap penelitian”.
e. Bertanggung jawab : “Dengan seabrek kegiatannya, tak pernah ia absen mengajarku, membacakan certa setiap malam, dan mengantar-jeput Ibu”.
f. Jujur : “Ayah memang tidak pernah mau bohong kepadaku. Meski kadang berat untuknya juju”
3. Zahra
a. Ambisius : “Peristiwa yang keduanya apa, Yah? Apa?” tanyaku tak sabar.
b. Suka Menduga/Teoritis: “ Dugaanku,itu adalah Brachiosaurus serdawa setelah kenyang makan dedaunan,Atau sekelompok Anyklosaurus sedang adu ekor.”
c. Haus akan ilmu : “Di mana ada hamparan seperti itu, Yah?”. Ayah tau dari mana ?”
d. Cerdas : “Zahra siap diuji di sekolah mana saja dan saya yakin dia lebih pintar daripada guru-gurunya”.
e. Nekat : “Kenapa kamu nekat pasang badan? Harusnya saya yang ambil posisi itu. Kata Paul”.
f. Setia kawan : “Aku hadir disetiap pertandingan. Berteriak dan bersorak paling keras. Bukan karena membela almamater. Aku hadir menemani Koso seorang”.
g. Giat : “Aku belajar dengan giat. Sejenak aku melupakan jurnal-jurnal Ayah. Sebagai pengganti, aku membaca kamu bahasa Inggris setiap malam”.
4. Aisyah (ibu)
a. Peduli : “Jangan sampai gara-gara kamu yang hancur, anak-anak kita jadi korban”.
b. Taat Agama : “Tanpa alpa, kecuali jika sedang datang bulan, Ibu salat lima waktu, menjalankan puasa setiap Senin dan Kamis”.
c. Tangguh : “Tak jarang Ibu memasak sambil menggendong Hara dalam balutan kain di tubuhnya”.
”Hidup ibu sepenuhnya untuk keluarga. Kami tidak pernah punya pembantu. Ibu mengurus segalanya dengan baik”.
5. Hara
a. Dewasa : “Saat seperti inilah adik kecilku menunjukkan kedewasaannya yang jauh melampaui usianya”.
b. Penyang : Ada tangan mungil yang kemudian membantuku bangkit. Hara”.
c. Tabah : “Karena itulah,adiku begitu tabah menghadapi tempaan demi tempaan yang menerjangnya di usia muda”.
6. Kosoluchukwu (Koso)
a. Ramah “Berbondong-bondong mereka datangke ladang,mengintipi Koso yang tersenyum ramah memampangkan giginya yang putih susu kepada mereka semua”.
b. Pengkhianat : “Berbondong-bondong mereka datangke ladang,mengintipi Koso yang tersenyum ramah memampangkan giginya yang putih susu kepada mereka semua”.
c. Diseleksia : “Kosoluchkwu itu desleksia. Kamu tahu itu apa?itu kelainan otak Zarah. Kosoluchkwu punya kesulitan membaca dan mengingat”
7. Storm
a. Tampan dan kekanakan : “Wajahnya yang tampan dan kekanakan dibingkai rambut ikal emas kecoklatan dengan gradasi warna tumpang tindih yang alami”.
b. Sopan dan : “Dengan sopan dan manis Strom mengajakku singgah ke apartemennya”.
c. Romantis : “Oh don’t cry. Strom menidurkan muka ku diatas dadanya, seperti menyambut bayi yang rindu ibu”. “ Breakfast is ready Strom mengecup keningku”.
d. Perhatian : “Strom berlutut disamping tempat tidur, membelai rambutku lembut. Dengan hati-hati di tariknya selimut, menutupi tubuhku agar tidak masuk angin”.
e. Pengkhianat : “Meski mulut mereka bolak-balik bicara tentang cinta dan kasih sayang, yang kurasa detik ini sebaliknya. Mereka telah menikamku”
”Bagaimana Strom sering mendaratkan tatapan kepada Koso satu-dua detik lebih lama dari seharusnya”.
8. Zach
a. Ceria : “Zach menjabat tanganku, “ welcome to the family, Zarah.” suaranya ringan, ceria”’
C.Latar (Setting)
1. Latar tempat
a. Pinggir Kota Bogor : “Kami tinggal di pinggir Kota Bogor, dekat sebuah kampung kecil bernama Batu Luhur “
b. Bukit Jambul : “Inilah kontak terdekat ku dengan Bukit Jambul, tak pernah kubayangkan akan memasuki perutnya”
c. Ruang kerja Ayah : “Pagi itu ia mengajakku masuk ke ruang kerjanya. Satu-satunya ruangan yang tidak pernah di tersentuh ibu dan keapikannya yang super”
d. Ladang : “Berbondong-bondong mereka datangke ladang,mengintipi Koso yang tersenyum ramah memampangkan giginya yang putih susu kepada mereka semua”
e. Di Sekolah : “Ibu memilihkan sekolah swasta terkenal yang punya jenjang lengkap dari SD sampai SMA... Kami datang kesana tanpa selembar pun rapor atau ijazah. Sang kepala sekolah, pria berpeci dan bersafari narcis Pak Yusuf, terlongo-longo ketika Ibu bilang aku tak pernah sekolah sebelumnya”.
f. Di ruang kelas : “Miss Zarah, suara anak perempuan mengusik. Mengingatkanku bahwa aku sedang berada di ruang kelas bersama murid-muridku”
g. Di koridor sekolah : “Di koridor sekolah hari itu, aku berpapasan dengan Bu Karttika. Mata kami beradu. Kami sama-sama tahu. Hari itu adalah hari kemenanganku”.
h. Pesawat : “Sepanjang perjalanan pesawat hampir selalu jidatku menempel dikaca jendela”
i. Pangkalan Bun : “Pesawat kami tiba di Pangkalan Bun sekitar pukul sebelas waktu setempat”
j. Sungai Sekonyer : “Warna air yang mengeruh. Pertanda kami telah tiba di Sungai Sekonyer”
k. Di Tanjung Harapan : “Kami tiba di Tanjung Harapan, Desa Sei Sekonyer... Terlihat bisnis homestay di Tanjung Harapan sedang tumbuh”.
l. Pondok Tanggui : “Pertanyaan itu baru terwajab ketika kami sudah siap toba di Pondok Tanggui”
m. Rumah pusat edukasi : “Aku menemuinya di rumah pusat edukasi”
n. Rumah besar kawasan elite Kota Bogor : “Berbekal alamat dari Hara, aku tiba di rumah itu. Rumah besar di kawasan elite Kota Bogor”
0. Di London : “Aku menadarat di Bandara Heathrow pagi hari bulan oktober. Dataran Inggris sudah memasuki awal musim dingin”.
p. Restoran Italia : “Aku dan Strom makan malam di restoran Italia kesayangannya di Soho”
2. Latar waktu
a. 1991-1996
b. Dini hari : “Dini hari aku berjalan kaki kesana supaya sepedaku tak mengundang kecurigaan warga”
c. Siang : “Iseng ku gerogoti jam tangan yang tersimpan dikantong ransel, dan terkejutlah aku. Setengah dua belas siang?”
d. Hari minggu : Pada satu Minggu, satu-satunya hari kosongku, aku berangkat ke Bukit Jambu.
e. Pagi : “Esok paginya Aku dibangunkan oleh suara owa yang bersahut-sahutan bercampur tenggeret yang memekakkan hutan”
f. Sore : “Sore-sore, petugas kamp membawaku menemui Ibu Inga yang baru saja sampai di Tanjung Punting dan belum sempat beristirahat dari perjalanan panjangnya”
g. Menjelang malam : “Esok harinya, aku baru pulang menjelang malam”.
3. Latar suasana
a. Menyentuh : “Sambil mengusap air matanya. Ibu membelai rambutku. Maaf zarah ibu Cuma kesal. Ibu nggak serius ngomong begitu. Kamu temani Hara, ya? Ibu mau baringan dulu”.
“Melihat bungkusan itu ada di dekatnya, Ibu langsung berbalik memunggungi sambil terus meraung”
b. Hening : “hening cukup lama mengapung diruangan hingga akhir dipecah seruan Umi, “Subhanallah!”.
b. Menegangkan : Pokoknya kalu sampai ada apa-apa dengan kehamilan-ku, itu pasti salah kamu! Teriak ibu. Ayah membanting pintu. Tak lama terdengar bunyi kayuhan sepeda. Ia akan menghilang lagi”.
“Tinggal aku sendirian, tegang menanti di luar kamar, berdebar menunggu suara tangisan bayi mungi dari dalam sana”
c. Mencekam : “Bulu kudukku meremang. Ucapannya membuatku bergidik. Bersamaan dengan itu aku tahu suaranya telah menjauh lebih dari sepuluh langkah. Bersamaan dengan itu pula lampu senter padam”.
d. Penuh amarah : “Muka Abah merah padam. Ia benar-benar marah. Hari ini kamu benar-benat mencorang muka Abah. Malu Abah punya cucu kafit. Tukasnya”.
e. Menyenangkan : “Rasa bingung tentang asal muasal fotoku bisa ikut kompetisi perlahantersaingi oleh rasa bangga dan bahagia”.
f. Romantic : “Cahaya lilin dan rengkuhan sungai malam hari memang menciptakan suasana kencan Valentine. Terlepas siapa pun rombongannya”.
D. Alur
Alur yang di Pakai dalam Novel Partikel ini adalah Maju mundur karena ceritanya kembali ke masa lalu yang dialami zarah dan tokoh lainnya
E. Sudut pandang
Sudut pandang yang dipakai pada novel ini adalah sudut pandang campuran.
1. Sudut pandang orang pertama
“ Saat usiaku sebelas tahun , sebuah krisis terjadi. Krisis yang mengguncangkan stabilitas eksistensi Ayah. Aku ingat karena pada tahun itulah Ibu sedang mengandung adikku yang ketiga”
2. Sudut pandang orang ketiga
“Saat ia membutuhkan fungi tertentu, satu-dua hari kemudian fungi itu tahu-tahu muncul di tempat-tempat tak terduga, di dekat VW Kodok-nya terparkir, di tembok laboratorium kampus, di rumah Abah di Batu Luhur, dan sebagainya”.
F. Amanat
1. Setiap manusia menghadapi dan menjalani hidup ini dengan penuh kesabaran dan pantang menyerah dan, dapat menerima takdir karena setiap jalan kehidupan seseorang tidak selalu berjalan dengan baik dan kadang sulit ditebak
f. Romantic : “Cahaya lilin dan rengkuhan sungai malam hari memang menciptakan suasana kencan Valentine. Terlepas siapa pun rombongannya”.
D. Alur
Alur yang di Pakai dalam Novel Partikel ini adalah Maju mundur karena ceritanya kembali ke masa lalu yang dialami zarah dan tokoh lainnya
E. Sudut pandang
Sudut pandang yang dipakai pada novel ini adalah sudut pandang campuran.
1. Sudut pandang orang pertama
“ Saat usiaku sebelas tahun , sebuah krisis terjadi. Krisis yang mengguncangkan stabilitas eksistensi Ayah. Aku ingat karena pada tahun itulah Ibu sedang mengandung adikku yang ketiga”
2. Sudut pandang orang ketiga
“Saat ia membutuhkan fungi tertentu, satu-dua hari kemudian fungi itu tahu-tahu muncul di tempat-tempat tak terduga, di dekat VW Kodok-nya terparkir, di tembok laboratorium kampus, di rumah Abah di Batu Luhur, dan sebagainya”.
F. Amanat
1. Setiap manusia menghadapi dan menjalani hidup ini dengan penuh kesabaran dan pantang menyerah dan, dapat menerima takdir karena setiap jalan kehidupan seseorang tidak selalu berjalan dengan baik dan kadang sulit ditebak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H