g. Menjelang malam : “Esok harinya, aku baru pulang menjelang malam”.
3. Latar suasana
a. Menyentuh : “Sambil mengusap air matanya. Ibu membelai rambutku. Maaf zarah ibu Cuma kesal. Ibu nggak serius ngomong begitu. Kamu temani Hara, ya? Ibu mau baringan dulu”.
“Melihat bungkusan itu ada di dekatnya, Ibu langsung berbalik memunggungi sambil terus meraung”
b. Hening : “hening cukup lama mengapung diruangan hingga akhir dipecah seruan Umi, “Subhanallah!”.
b. Menegangkan : Pokoknya kalu sampai ada apa-apa dengan kehamilan-ku, itu pasti salah kamu! Teriak ibu. Ayah membanting pintu. Tak lama terdengar bunyi kayuhan sepeda. Ia akan menghilang lagi”.
“Tinggal aku sendirian, tegang menanti di luar kamar, berdebar menunggu suara tangisan bayi mungi dari dalam sana”
c. Mencekam : “Bulu kudukku meremang. Ucapannya membuatku bergidik. Bersamaan dengan itu aku tahu suaranya telah menjauh lebih dari sepuluh langkah. Bersamaan dengan itu pula lampu senter padam”.
d. Penuh amarah : “Muka Abah merah padam. Ia benar-benar marah. Hari ini kamu benar-benat mencorang muka Abah. Malu Abah punya cucu kafit. Tukasnya”.
e. Menyenangkan : “Rasa bingung tentang asal muasal fotoku bisa ikut kompetisi perlahantersaingi oleh rasa bangga dan bahagia”.
f. Romantic : “Cahaya lilin dan rengkuhan sungai malam hari memang menciptakan suasana kencan Valentine. Terlepas siapa pun rombongannya”.