Mohon tunggu...
Sukir Santoso
Sukir Santoso Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan guru yang suka menulis

Peduli pada bidang psikologi, sosiologi, pendidikan, seni, dan budaya. Saya merasa tertarik untuk memahami manusia, bagaimana mereka belajar, serta bagaimana pengalaman budaya dan seni dapat memengaruhi mereka. Saya sangat peduli dengan kesejahteraan sosial dan keadilan, dan mencari cara untuk menerapkan pemahaman tentang psikologi, sosiologi, pendidikan, seni, dan budaya untuk membuat perubahan positif dalam dunia ini.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengatasi Rasa Malas dan Kebiasaan Menunda Pekerjaan

4 November 2024   12:09 Diperbarui: 4 November 2024   12:11 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MENGATASI RASA MALAS DAN KEBIASAAN MENUNDA PEKERJAAN

Oleh: Sukir Santoso

Manusia dan zona nyaman itu seperti hubungan cinta yang manis tapi penuh jebakan! Coba bayangkan: siapa sih yang tidak suka duduk santai di sofa empuk, ngemil keripik, dan nonton acara favorit? Zona nyaman itu layaknya selimut hangat di pagi hari yang membisikkan, "Tenang, jangan bangun dulu, dunia luar dingin dan penuh cobaan!" Seperti itulah sifat dasar zona nyaman---membuat kita merasa aman, nyaman, dan malas bergerak.

Manusia suka zona nyaman karena, secara naluriah, otak kita didesain untuk menghindari stres dan mencari kebahagiaan instan. Otak itu sebenarnya agak pemalas, dalam arti ia lebih senang berinvestasi pada kegiatan yang menghasilkan "dopamin gratis" (alias rasa senang yang cepat dan mudah). Ketika otak diberi pilihan: menghadapi tugas berat atau bersantai sambil scrolling media sosial? Pasti pilihannya, yang cepat-cepat, yang enak-enak saja!

Kita adalah 'makhluk kenyamanan' sejati. Bayangkan saja, siapa yang lebih suka pergi bekerja saat bisa menikmati rebahan? Siapa yang rela belajar skill baru yang bikin pusing, kalau bisa tetap menjalani rutinitas biasa yang tidak menguras energi? Jadi, kita seperti terperangkap dalam rayuan si zona nyaman yang manis tapi menipu ini. Kita nyaman karena tak ada rasa takut atau risiko yang perlu dihadapi, padahal tahu juga kalau tetap di zona nyaman terus-menerus bikin hidup jadi stagnan atau mandeg.

Tapi begitulah manusia! Cenderung memilih jalan yang tidak menantang karena zona nyaman itu semacam rumah yang tenang. Kadang kita butuh guncangan kecil atau dorongan untuk keluar dari 'pelukan nyaman' ini, dan mulai melihat bahwa di luar sana mungkin ada hal besar yang menunggu---dan itu hanya bisa diraih jika kita berani bangkit dari si zona nyaman.

Benar, rasa malas atau kecenderungan untuk bermalas-malasan sangat berkorelasi dengan keinginan manusia untuk tetap berada di zona nyaman. Zona nyaman adalah kondisi di mana seseorang merasa aman dan bebas dari stres atau ketidaknyamanan. Ketika berada di zona nyaman, seseorang cenderung melakukan aktivitas yang mudah, menyenangkan, atau tidak menantang. Karena itu, keluar dari zona ini sering kali menimbulkan rasa enggan atau ketidaknyamanan, yang bisa memicu rasa malas.

Manusia secara alami cenderung menghindari situasi yang bisa menimbulkan stres, ketidakpastian, atau ketidaknyamanan. Saat menghadapi tugas yang sulit, kompleks, atau tidak menyenangkan, otak secara otomatis memicu perasaan malas sebagai cara untuk "melindungi" diri dari tekanan atau beban. Dengan kata lain, rasa malas adalah mekanisme untuk tetap berada dalam zona yang terasa aman.

Di zona nyaman, aktivitas yang kita lakukan biasanya memberi kepuasan instan---seperti menonton video, bermain game, atau membuka media sosial. Aktivitas-aktivitas ini tidak membutuhkan banyak upaya atau konsentrasi dan menawarkan "reward" cepat yang menyenangkan. Tugas yang sulit atau kompleks sering kali tidak memberikan kepuasan instan, sehingga muncul rasa malas untuk memulainya.

Saat seseorang terlalu lama berada di zona nyaman, rutinitas mereka cenderung menjadi monoton atau tidak menantang. Ini membuat mereka terbiasa dengan cara hidup yang kurang produktif dan lebih sulit memotivasi diri untuk melakukan hal-hal baru atau menantang, yang akhirnya membuat mereka menunda tugas atau pekerjaan yang dirasa menuntut usaha lebih.

Ketika seseorang menghindari tantangan dan hanya melakukan hal-hal yang mudah, mereka kehilangan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan baru, mencapai tujuan yang lebih besar, dan menumbuhkan rasa percaya diri.

Kecenderungan untuk bermalas-malasan juga dapat mengurangi produktivitas dan membuat kita semakin sering menunda pekerjaan atau menghindari tanggung jawab.

Ironisnya, meskipun bertujuan menghindari stres, tinggal terlalu lama di zona nyaman bisa meningkatkan kecemasan. Ini terjadi karena tanggung jawab atau tugas yang ditunda akan menumpuk, menciptakan tekanan yang lebih besar di kemudian hari.

SUKA MENUNDA TUGAS ATAU PEKERJAAN

Kecenderungan untuk menunda-nunda pekerjaan atau tugas, yang dikenal sebagai prokrastinasi, adalah perilaku menghindari atau menunda tugas-tugas yang perlu diselesaikan meskipun tahu hal itu akan membawa konsekuensi negatif. Banyak orang mengalami prokrastinasi, dan ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, baik internal (seperti emosi dan pola pikir) maupun eksternal (seperti lingkungan atau situasi).

Rasa Takut Gagal

Banyak orang menunda tugas karena takut hasilnya tidak akan memuaskan atau karena khawatir mengalami kegagalan. Perasaan ini sering kali timbul dari perfeksionisme, di mana seseorang ingin melakukan tugas dengan sangat sempurna dan khawatir tidak mencapai standar yang diharapkan.

Kurangnya Motivasi dan Tujuan yang Jelas

Ketika seseorang tidak memiliki tujuan atau alasan yang jelas dalam melakukan tugas, mereka mungkin merasa malas untuk memulainya. Tanpa motivasi, tugas bisa terasa kurang bermakna atau tidak penting, sehingga mudah ditunda.

Merasa Tugas Terlalu Berat atau Kompleks

Tugas yang besar dan kompleks seringkali menakutkan dan sulit untuk dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih mudah dikerjakan. Ketika melihat tugas tersebut sebagai satu kesatuan yang besar, orang cenderung merasa kewalahan dan lebih memilih untuk menghindarinya.

Kecenderungan untuk Menghindari Ketidaknyamanan

Banyak tugas atau pekerjaan melibatkan hal-hal yang tidak nyaman atau tidak menyenangkan. Misalnya, seseorang mungkin merasa tidak nyaman saat harus berkomunikasi dengan orang baru atau menghadapi konflik. Akibatnya, mereka memilih untuk menunda tugas tersebut untuk sementara waktu.

Pengaruh Lingkungan dan Distraksi

Lingkungan yang penuh gangguan, seperti media sosial, notifikasi ponsel, atau televisi, dapat membuat seseorang lebih mudah terdistraksi dan mengalihkan perhatian dari tugas yang harus diselesaikan.

Kurangnya Kemampuan Manajemen Waktu

Beberapa orang mungkin menunda pekerjaan karena tidak tahu bagaimana mengatur waktu dengan baik. Akibatnya, mereka tidak menyadari berapa banyak waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas atau menyeimbangkan prioritas tugas sehari-hari.

Keyakinan bahwa "Ada Waktu Nanti"

Prokrastinasi juga sering disebabkan oleh persepsi bahwa kita masih memiliki banyak waktu untuk menyelesaikan tugas. Namun, penundaan ini sering kali membuat tugas menumpuk hingga akhirnya menjadi semakin sulit untuk diselesaikan tepat waktu.

Pengaruh Kebiasaan dan Pola Pikir Negatif

Pola pikir seperti "saya orang yang pemalas" atau "saya bekerja lebih baik saat deadline mendekat" dapat memperkuat kebiasaan menunda-nunda. Jika seseorang mengidentifikasi dirinya dengan kebiasaan ini, mereka akan terus melakukannya karena sudah terbentuk menjadi bagian dari pola hidupnya.

Prokrastinasi BUKANNYA kebiasaan yang tidak bisa diubah. Sebetulnya dengan mengenali penyebabnya dan melatih pola pikir serta strategi yang lebih produktif, seseorang dapat belajar untuk mengurangi kebiasaan menunda-nunda dan menjadi lebih efektif dalam mengelola waktu serta tugas.

Prokrastinasi adalah fenomena yang wajar dan dialami oleh banyak orang. Bahkan, menurut berbagai penelitian, hampir semua orang pernah menunda-nunda pekerjaan dalam beberapa aspek kehidupan. Prokrastinasi bisa muncul dari faktor-faktor psikologis yang alami, seperti kecemasan, rasa takut gagal, atau keinginan untuk menghindari ketidaknyamanan. Pada tingkatan tertentu, menunda pekerjaan adalah bagian dari respons manusia terhadap stres dan kebutuhan untuk mengatur energi mental dan emosional.

Mengapa Prokrastinasi Wajar?

Alasan Psikologis -- Seperti halnya manusia cenderung memilih cara yang nyaman, otak kita sering kali ingin menghindari stres yang datang dari tugas yang sulit atau tidak menyenangkan. Ini adalah mekanisme perlindungan psikologis.

Perasaan yang Beragam terhadap Tugas -- Tidak semua tugas menarik atau menyenangkan. Saat menghadapi tugas yang monoton, sulit, atau membosankan, otak cenderung mencari cara untuk menghindarinya, meski hanya sementara.

Pencarian Kepuasan Sesaat -- Otak manusia secara alami menginginkan "reward" langsung, atau kepuasan sesaat, seperti yang kita dapatkan saat menonton video pendek atau memeriksa media sosial. Hal ini bisa membuat seseorang terdistraksi dan lebih mudah menunda-nunda.

Apakah Prokrastinasi Selalu Berdampak Buruk?

TIDAK SELALU. Dalam beberapa kasus, prokrastinasi bisa memiliki dampak positif, terutama bila seseorang menunda dengan tujuan strategis, misalnya untuk memikirkan solusi yang lebih baik atau mencari inspirasi. Hal ini dikenal sebagai prokrastinasi aktif atau prokrastinasi produktif, di mana seseorang masih memproses tugas tersebut di pikiran meskipun belum langsung mengerjakannya. Prokrastinasi seperti ini bisa berguna, misalnya saat bekerja pada proyek kreatif atau pemecahan masalah yang rumit.

Namun, jika prokrastinasi dilakukan secara berlebihan, terutama tanpa alasan yang produktif, hal itu bisa menjadi hambatan yang serius dan menyebabkan: Stres dan kecemasan meningkat karena merasa dikejar waktu. Penurunan kualitas kerja akibat terburu-buru saat deadline sudah dekat. Penurunan produktivitas jangka panjang, yang bisa berdampak pada pencapaian dan kepuasan diri.

MENGATASI RASA MALAS DAN KELUAR DARI ZONA NYAMAN

Sebetulnya mengatasi rasa malas dan keberanian untuk keluar dari zona nyaman adalah tidak terlalu sulit untuk  dilatih. Untuk itu ada beberapa cara untuk mengelola prokrastinasi , seperti: Menetapkan batas waktu untuk setiap tugas. Mengelola harapan dengan membagi tugas besar menjadi bagian-bagian kecil. Menggunakan teknik seperti Pomodoro untuk menjaga fokus dan istirahat yang teratur.

eknik Pomodoro adalah metode manajemen waktu yang memecah waktu kerja menjadi interval pendek, biasanya 25 menit, yang diselingi dengan istirahat singkat. Teknik ini bertujuan untuk meningkatkan fokus dan produktivitas dengan cara yang sederhana namun efektif.

TEKNIK POMODORO UNTUK MENGATASI RASA MALAS DAN SUKA MENUNDA 

Teknik ini ditemukan oleh Francesco Cirillo pada akhir tahun 1980-an, yang saat itu adalah seorang mahasiswa di Italia. Ia menggunakan timer berbentuk tomat untuk membantu dirinya fokus belajar, dan karena itulah metode ini disebut "Pomodoro." Cirillo menemukan bahwa dengan menetapkan batas waktu singkat, dirinya lebih termotivasi untuk memulai tugas dan tidak terganggu selama bekerja.

Konsep dasar dari Teknik Pomodoro adalah bahwa otak manusia bekerja lebih efektif ketika diberi tugas singkat dan waktu istirahat yang teratur. Teknik ini juga memberikan jeda agar kita tidak cepat lelah atau jenuh.

Langkah-langkah Teknik Pomodoro

Tentukan Tugas atau Pekerjaan -- Pilih tugas yang akan Anda kerjakan. Ini bisa berupa tugas besar yang dibagi menjadi bagian-bagian kecil, atau beberapa tugas kecil yang akan diselesaikan satu per satu.

Atur Timer Selama 25 Menit -- Mulailah bekerja dengan fokus penuh selama 25 menit. Usahakan untuk menghindari segala bentuk gangguan selama periode ini.

Bekerja Tanpa Gangguan -- Selama 25 menit tersebut, fokuslah hanya pada tugas Anda. Abaikan notifikasi, media sosial, atau distraksi lainnya.

Ambil Istirahat Singkat (5 Menit) -- Setelah 25 menit bekerja, beri diri Anda jeda selama 5 menit untuk beristirahat. Manfaatkan waktu ini untuk melakukan hal-hal ringan, seperti meregangkan tubuh, minum air, atau berjalan-jalan singkat.

Ulangi Siklus Ini 4 Kali -- Ulangi siklus 25 menit kerja + 5 menit istirahat sebanyak 4 kali (total 2 jam kerja dengan 15 menit istirahat).

Ambil Istirahat Lebih Panjang -- Setelah menyelesaikan 4 sesi Pomodoro, ambil istirahat lebih panjang, biasanya 15-30 menit. Waktu ini berguna untuk mengisi ulang energi sebelum melanjutkan tugas.

Apakah Teknik Pomodoro Efektif?

Teknik Pomodoro ini kalu dilakukan dengan benar akan:

Meningkatkan Fokus -- Interval waktu 25 menit membuat kita lebih mudah fokus, karena tahu bahwa hanya akan bekerja dalam waktu yang singkat.

Mengurangi Penundaan -- Mengetahui bahwa hanya perlu bekerja selama 25 menit dapat membuat kita lebih cepat memulai tugas tanpa merasa terbebani.

Menghindari Burnout -- Dengan istirahat teratur, kita bisa mencegah kelelahan mental dan menjaga energi sepanjang hari.

Memberi Rasa Pencapaian -- Setiap kali menyelesaikan satu sesi Pomodoro, kita merasakan pencapaian kecil yang membantu menjaga motivasi.

Kapan Teknik Pomodoro Kurang Efektif?

Teknik ini mungkin kurang cocok jika Anda bekerja di lingkungan yang sering terganggu atau tugas Anda memerlukan waktu berkelanjutan lebih dari 25 menit. Dalam kasus seperti itu, Anda bisa menyesuaikan durasi Pomodoro (misalnya 50 menit kerja dan 10 menit istirahat) atau memilih metode manajemen waktu lain yang lebih sesuai.

Teknik Pomodoro adalah metode sederhana yang dapat membantu meningkatkan produktivitas dengan cara mengelola fokus dan waktu kerja. Dengan menerapkan teknik ini, Anda bisa bekerja dengan lebih efektif dan mengurangi kecenderungan untuk menunda tugas. Fleksibilitas teknik ini juga membuatnya bisa digunakan oleh siapa saja, baik pelajar, pekerja kantoran, atau pekerja kreatif, dan memberikan hasil produktivitas yang lebih baik.

Akhirnya secara umum bisa ada beberapa strategi yang bisa dicoba untuk mengatasi kecenderungan menunda-nunda. Strategi itu adalah:

  • Tetapkan tujuan kecil dan realistis untuk membuat tugas terasa lebih ringan dan mudah dicapai.
  • Gunakan teknik manajemen waktu seperti Teknik Pomodoro, yang dapat membantu menjaga fokus dan mencegah kelelahan.
  • Bangun motivasi internal dengan memikirkan manfaat dari tugas yang diselesaikan.
  • Hindari distraksi dan atur lingkungan yang mendukung fokus.
  • Ubah cara berpikir tentang tugas sebagai langkah positif, bukan beban, sehingga tugas tidak terasa berat.

Sebagai Kesimpulan dapat dikatakan bahwa manusia cenderung memilih zona nyaman karena otak kita didesain untuk menghindari ketidaknyamanan dan mencari kepuasan instan. Zona nyaman menawarkan rasa aman, stabilitas, dan kenikmatan sesaat yang sering kali membuat kita merasa nyaman dan malas untuk bergerak maju. Dalam zona ini, kita tidak perlu menghadapi tantangan, risiko, atau hal-hal yang tidak kita kenal, sehingga hidup terasa lebih tenang dan mudah.

Namun, meskipun zona nyaman memberikan keamanan, terlalu lama berada di dalamnya bisa menyebabkan kita berhenti berkembang. Kita kehilangan kesempatan untuk belajar hal baru, mencapai potensi yang lebih tinggi, dan menghadapi pengalaman yang bisa memperkaya diri kita. Zona nyaman, meskipun menggiurkan, sering kali menjadi perangkap yang membuat kita merasa cukup dengan rutinitas dan kepuasan jangka pendek, sementara di luar sana mungkin ada peluang yang jauh lebih besar dan bermanfaat.

Oleh karena itu, jika ingin bertumbuh, kita perlu berani melangkah keluar dari zona nyaman. Ini bukan berarti meninggalkan semua kenyamanan, tetapi memberi ruang untuk tantangan baru, belajar keterampilan yang sebelumnya mungkin kita takuti, dan berani menghadapi risiko yang bisa membuka jalan menuju pencapaian yang lebih besar. Singkatnya, meskipun zona nyaman terasa aman dan menenangkan, pertumbuhan sejati hanya bisa terjadi ketika kita berani melangkah keluar dan menghadapi dunia dengan segala tantangannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun