Beruntung, luka tersebut tidak terlalu parah. Peluru hanya tembus di sebelah paha, mengakibatkan luka yang memang menyakitkan, tetapi tidak mengancam jiwa. Meskipun dalam keadaan yang melelahkan dan nyeri, Tumin tetap tahan terhadap rasa sakit, tahu bahwa perjuangan mereka masih jauh dari selesai.
Dalam ruang yang sunyi, dengan gedebog pisang yang busuk yang didapatkan oleh Rabun dan kain yang robekan sarung milik Abdul Manab, mereka menemukan kekuatan dan semangat perjuangan yang tak tergoyahkan.
"Alhamdulillah, kita selamat. Merdeka!" ujar Abdul Manab dengan suara yang terdengar lelah, namun juga penuh rasa syukur. Ungkapan itu bukan hanya sekadar kata-kata, tetapi juga mencerminkan perasaan lega dan kebanggaan atas apa yang mereka capai malam itu.
"Merdeka!" jawab Tumin dan Rabun hampir bersamaan, suara mereka terdengar dengan semangat yang menggebu-gebu. Dalam satu kata tersebut terdapat kebersamaan, keyakinan, dan harapan yang mengalir bersama. Meskipun tubuh mereka lelah, semangat mereka masih berkobar. Kemenangan kecil ini adalah tonggak penting dalam perjalanan panjang menuju kemerdekaan.
Ketika kata "Merdeka!" diucapkan, mereka merasakan getaran perasaan yang tak terlukiskan. Suara itu adalah seruan dari hati yang ingin menggapai sesuatu yang lebih tinggi, sesuatu yang telah mereka perjuangkan dengan begitu gigih. Kemenangan malam ini bukanlah sekadar menghancurkan jembatan atau menghadapi tentara musuh, tetapi juga melampaui batas-batas ketidakpastian dan ketakutan.
Kemenangan kecil ini menjadi tonggak besar dalam perjuangan mereka merebut kemerdekaan. Mereka sadar bahwa perjalanan ini belum usai, tetapi setiap langkah yang mereka ambil adalah langkah yang membawa mereka lebih dekat ke tujuan akhir. Dalam satu detik, sejarah terukir di bawah langit malam yang temaram.
Peristiwa ini akan selalu menjadi peristiwa yang diukir dalam ingatan mereka, hari yang memberi warna baru pada rentetan perjuangan mereka. Itu adalah hari di mana tiga individu dengan tekad dan semangat yang tak tergoyahkan membuat langkah berani yang mengubah jalannya sejarah. Pada hari itu, cahaya keberanian mereka menerangi jalan bagi banyak orang yang mengikuti jejak mereka dalam merebut hak kemerdekaan.
Dalam gelap malam yang telah menjadi saksi bisu, Tumin, Rabun, dan Abdul Manab merayakan kemenangan mereka dengan diam. Suara sorak-sorai mungkin belum bisa terdengar oleh telinga manusia, tetapi semangat mereka tercermin dalam bintang-bintang yang bersinar terang di langit. Dalam perjalanan panjang menuju kemerdekaan, mereka adalah pahlawan yang melawan ketidakadilan, dan di malam itu, mereka telah menorehkan namanya dalam lembaran sejarah bangsa.
Catatan:
Cerita ini didasari oleh cerita nyata dari para pelaku.
Ketika terjadi Agresi Militer Belanda II, tanggung jawab menjaga keamanan di Kabupaten Bantul diberikan kepada SWK 102. Faktor ini dipicu oleh fakta bahwa wilayah Kabupaten Bantul adalah tempat di mana SWK 102, di bawah komando Mayor Sarjono, menjalankan operasi-operasinya. Anggota-anggota pejuang yang tergabung dalam SWK 102 melakukan upaya penghadangan dan serangan terhadap patroli-patroli pasukan Belanda setiap hari. Selain itu, mereka juga melaksanakan serangan-serangan terhadap pos-pos militer Belanda yang berada dalam wilayah Kabupaten Bantul.