Mohon tunggu...
Sukir Santoso
Sukir Santoso Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan guru yang suka menulis

Peduli pada bidang psikologi, sosiologi, pendidikan, seni, dan budaya. Saya merasa tertarik untuk memahami manusia, bagaimana mereka belajar, serta bagaimana pengalaman budaya dan seni dapat memengaruhi mereka. Saya sangat peduli dengan kesejahteraan sosial dan keadilan, dan mencari cara untuk menerapkan pemahaman tentang psikologi, sosiologi, pendidikan, seni, dan budaya untuk membuat perubahan positif dalam dunia ini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Regu Bom Tarik

23 Agustus 2023   13:21 Diperbarui: 23 Agustus 2023   14:39 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Tidak boleh menyerah," bisik Tumin pada dirinya sendiri, merangkul tekadnya yang tak henti-hentinya. Dengan gerakan perlahan, ia mulai menarik tali penarik sekali lagi. Tali itu bergerak dengan enggan, memberikan perlawanan yang hampir tak teratasi. Keringat menetes di dahinya, tekadnya tak goyah sedikit pun. Ia tahu, jika mereka mundur sekarang, semua usaha mereka akan sia-sia.

Dan akhirnya, dalam momen yang seperti berlangsung selamanya, tali itu mulai bergerak lebih lancar. Tarikan Tumin semakin mantap, dan tiba-tiba, terasa seperti ada hambatan yang terlewati.

Pada saat itu juga, di bawah cahaya langit yang gelap. Buummm, bom itu meledak.

Ledakan yang menggelegar memotong malam, kilatan cahaya menghancurkan kegelapan. Jembatan Gunung Sepikul bergetar dan runtuh, puing-puing berserakan ke segala penjuru. Sebuah jeep yang tepat melintas di atas jembatan terlempar ke udara.

"Berhasil!" ucap mereka hampir bersamaan. Ekspresi kelegaan terpancar jelas di wajah mereka. Namun, sebelum mereka bisa sepenuhnya merayakan keberhasilan mereka, dampak ledakan yang menghentikan truk pasukan Belanda membuat suasana berubah drastis. Udara yang tadinya gelap kini terang benderang oleh cahaya kilatan ledakan yang memenuhi langit malam.

Tak butuh waktu lama bagi malam yang sunyi menjadi teror pertempuran yang mendadak meletus. Tembakan senjata dan suara letusan merusak hening malam, mengirimkan getaran mengerikan ke setiap sudut hutan. Para tentara Belanda yang terkejut dan marah segera merespons dengan menghujani wilayah sekitar dengan peluru secara membabi buta. Rentetan tembakan itu seolah menjadi hujan api yang melibatkan seluruh medan.

Abdul Manab segera menyadari ancaman ini dan dengan cepat memberikan perintah untuk mundur. Suaranya mengatasi kekacauan dan menjadi pemandu yang membuat rekan-rekannya berkumpul dan bergerak. Tumin dan Rabun, meskipun masih merasakan efek keterkejutan, mengikuti perintah Abdul Manab dengan cermat.

Namun, dalam kekacauan tersebut, sebuah tembakan yang tak terduga menerjang Tumin.

"Kakiku kena!" teriak Tumin dengan nafas terengah-engah sambil terus berlari. Sebuah peluru menghantam kakinya, menusuk tubuhnya dengan rasa sakit yang tajam. Tumin roboh ke tanah. Rasa sakit di kakinya semakin terasa, tetapi dia melawan rasa lemah yang mencoba merayap ke dalam pikirannya.

Dalam keadaan yang penuh adrenalina, tekadnya untuk bertahan dan melanjutkan perjuangan tidak pernah goyah. Ia merasakan dorongan dalam dirinya untuk terus merangkak dan bangkit, menangkis rasa sakit yang semakin menusuk.

Bersama dengan Rabun dan Abdul Manab, mereka berlari semampu mereka menjauhi jembatan yang hancur, di bawah tembakan yang semakin mengganas. Rentetan tembakan yang menghujani mereka seakan menjadi soundtrack yang mengiringi langkah-langkah cepat mereka. Dalam kepanikan dan keputusasaan, mereka tahu bahwa satu-satunya pilihan adalah mencari tempat perlindungan yang lebih aman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun