Saya: "Ganz einfach. Wir zuenden Kerzen an."
(Sangat mudah. Kita nyalakan lilin.)
Jahn: "Und dann stirbst du an der Rauchvergiftung. Perfekt."
(Lalu kau mati karena keracunan asap. Sempurna !!!)
Jahn: "Also, sterben wir an der Armut oder an der Explosion?" (Jadi, kita mau mati karena kemiskinan atau karena ledakan?)
"Keine Ahnung..." (nggak tahu tuh...) kataku.
Jahn: "Unseren Kindern und wir sterben an den Brokratie und Politik, mein Freund." (Kita dan anak-anak kita akan mati kebanyakan akibat karena birokrasi dan Politik, kawanku.)
Dan untuk pertama kalinya, tidak ada yang tertawa.
Masa Lalu dan Kerinduan terhadap Nuklir
Kunjungan saya ke Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Isar di Jerman adalah pengalaman yang luar biasa dan penuh wawasan. Terletak di dekat kota Landshut, Bavaria, PLTN Isar terdiri dari dua reaktor, yaitu Isar 1 dan Isar 2.
Keduanya memiliki peran penting dalam sejarah energi Jerman sebelum akhirnya dihentikan sebagai bagian dari kebijakan transisi energi bersih negara tersebut.